Dr. Siti Aminah Dra MA, pengamat politik FISIP Unair.
Sumber :
  • sandi irwanto

Ganjar Rangkul NU di Pilpres, Pengamat Politik: Tak Pengaruhi Elektabilitas

Rabu, 1 November 2023 - 15:32 WIB

Model kedua adalah model ikut-ikutan, yang mengasumsikan bahwa pemilih ingin berada di pihak yang menang dalam kampanye pencalonan. Model ketiga adalah model utilitas yang mengasumsikan bahwa pemilih mempertimbangkan elektabilitas dan penilaian mereka terhadap kandidat dalam menentukan pilihan.

Elektabilitas Bukan Tolak Ukur

Aminah menambahkan bahwa elektabilitas tidak ditentukan oleh komunikasi politik. Dia mengatakan bahwa Ganjar dan Mahfud sudah ahli dalam membangun komunikasi politik dengan masyarakat yang menjadi bagian dari masa aktifnya. Mengingat masyarakat sudah terbelah-belah berdasar garis afiliasi partai politik, komunikasi politik tidak cukup untuk mempengaruhi simpatisan fanatik, ikut arus, atau cuek.

Aminah memandang elektabilitas kurang berguna dalam melobi suara masyarakat secara strategis dalam memilih capres. Pasalnya, masyarakat harus mengkaji lebih dalam visi dan misi masing-masing capres, bukan hanya berdasarkan survei yang dinamis. Dalam hal ini, Aminah menjelaskan bahwa konotasi ‘elektabilitas’ kurang tepat digunakan karena sering diterapkan dengan cara yang sangat licin, tidak konsisten, dan bias.

“Ada konflik kepentingan ketika para politisi mengklaim bahwa mereka lebih terpilih (elektabilitas tinggi dari survei-survei) karena implikasinya adalah mereka lebih berhak mendapatkan suara kita dibandingkan lawan mereka,” ujarnya.
 
Lebih lanjut Aminah mengungkapkan bahwa elektabilitas kerap kali disalahgunakan untuk memanipulasi atau mengacaukan pilihan calon pemilih, yang dimana menjadi senjata untuk menjatuhkan kandidat lain. Menurutnya, elektabilitas akan menimbulkan asumsi bahwa mereka lebih ‘layak dipilih’ daripada lawannya, yang dimana dapat dianalogikan bahwa mereka mengklaim dirinya lebih unggul daripada lainnya dalam hal kebaikan, kreativitas, atau memproduksi janji-janji politik dalam kampanye.

“Jadi, elektabilitas bukan tolok ukur yang relevan untuk mengatakan bahwa calon tertentu lebih unggul dan layak dipilih. Kata elektabilitas dari survei-survei yang tujuannya untuk menaikkan elektabilitas itu sering digunakan untuk menutupi prasangka halus dengan mengecilkan hati kandidat yang tampil berbeda dari kandidat yang lebih tradisional atau lebih dalam bidang yang lain,” pungkasnya. (msi/far)

Berita Terkait :
1
2
Tampilkan Semua
Topik Terkait
Saksikan Juga
26:14
03:06
09:42
08:53
13:18
03:07
Viral