- miftakhul erfan
Hari Wayang Nasional, Para Seniman Khawatir Wayang Mulai Ditinggalkan Oleh Generasi Muda
Madiun, tvOnenews.com - Hari ini, 7 November diperingati sebagai hari Wayang Nasional, namun demikian tak banyak orang tahu, apalagi para generasi muda saat ini.
Joko Suwiono (45) seorang seniman sekaligus pengrajin wayang dari limbah kayu asal Desa Mojorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun mengaku khawatir akan keberadaan wayang yang merupakan salah satu seni budaya warisan leluhur, akan hilang ditelan perkembangan zaman.
“Saya sebagai pekerja seni ingin wayang ini tetap lestari bagaimanapun caranya, kalau saya dengan cara membuat wayang dari limbah kayu ini ya untuk melestarikan budaya Indonesia,” ujar Joko di rumahnya, Selasa (7/11).
Joko mengatakan banyak generasi muda saat ini sudah banyak yang tidak mengenal wayang. Apakah wayang itu, siapa tokoh-tokoh terkenal dalam pewayangan, sehingga kondisi ini, menurutnya, harus diantisipasi dengan memberikan edukasi.
“Saya biasanya edukasi wayang kepada anak-anak sekolah, mahasiswa, melalui kegiatan ekstra, outing class. Kita kenalkan wayang mulai tokoh hingga sejarahnya,” imbuh Joko.
Memang untuk anak-anak muda sekarang warna adalah salah satu cara yang paling mudah untuk menarik minatnya, sehingga tertarik untuk mengenal wayang, bukan dari nama atau tokoh-tokoh pewayangan.
Kalau sampai saat ini, lanjut Joko, tokoh pewayangan yang masih banyak diminati di kalangan anak muda dan banyak pemesanannya adalah Pandawa, Punokawan, Bima, Arjuna, Krisna juga Semar.
“Selain outing class, kita kenalkan wayang lewat medsos, ya Instagram, tik-tok juga Facebook, karena saat ini waktu mereka (anak muda) habis di sana,” ucap Joko.
Mungkin dari pemerintah daerah bisa membantu pengenalan wayang kepada masyarakat khususnya kalangan generasi muda dengan menjadikan wayang sebagai cinderamata, corak batik, hingga nama-nama tokoh pewayangan dijadikan nama jalan.
Joko mengaku, meski dirinya hidup dari hasil pembuatan kerajinan wayang dari limbah kayu, namun berkat keuletannya sejak tahun 2019, kini dirinya sudah memiliki enam pekerja yang membantu dalam proses pembuatan wayang dari limbah kayu.
Bahkan, saat ini pemasaran dari wayang limbah kayu ini sudah ke-15 negara baik di Asia, Eropa, Inggris, Turki dan masih banyak lagi. Rata-rata pembeli adalah delegasi dari negara tersebut, tak sedikit juga mereka yang melihat dari postingan di media sosial.
Untuk harga, Joko mengaku membandrol Rp15,000 untuk wayang kayu ukuran kecil (gantungan kunci), hingga enam juta rupiah untuk ukuran paling besar, tergantung kesulitan dan bentuknya.
“Harapannya para seniman adalah wayang warisan leluhur, haruslah dijaga dan terus dilestarikan bagaimanapun caranya. Sehingga wayang ini nantinya tidak akan punah ditelan perkembangan zaman atau malah diklaim milik negara lain,” tutup Joko. (men/far)