- sandi irwanto
"Hukum Kelabu" di Negeri Ini. Mantan Mentan Ditahan, Eks Ketua KPK Gak Ditahan dalam Kasus yang Sama, Ada Apa?
Surabaya, tvOnenews.com - Kasus hukum di Indonesia, khususnya terhadap dua mantan pejabat tinggi yang terlibat dalam dugaan suap atau korupsi, yakni mantan Ketua KPK Firli Bahuri dan Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusua Eddy Hianej mendapat sorotan dari akademisi hukum di Surabaya. Kedua mantan pejabat tinggi ini tidak ditahan meskipun statusnya sudah ditetapkan sabagai tersangka oleh penyidik. Kasus hukum ini dinilai sebagai “hukum kelabu” di Indonesia.
“Sungguh, kasus hukum tersebut tidak sekadar hukum yang tajam di bawah dan tumpul di atas, melainkan cerminan dari hukum kelabu di negeri ini. Tidak adanya penahanan terhadap dua mantan pejabat tinggi yang telah ditetapkan sebagai tersangka merupakan suatu hal yang membingungkan,” ungkap Prof. Dr. H. Sunarno Edy Wibowo, akademisi hukum Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Lelaki yang juga sebagai Guru Besar hukum di ASEAN Univercity Internasional ini memaparkan, ada kekhawatiran bahwa perlakuan khusus terhadap pejabat tinggi negara, terutama Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dapat memberikan kesan istimewa.
“Ketika satu (mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo) ditahan sedangkan yang lain tidak, ini bisa menimbulkan kesan dari masyarakat bahwa ada perlakuan istimewa. Padahal keduanya terlibat kasus yang sama, tapi diperlakukan berbeda,” ujar Gubes yang akrab disapa Prof Bowo ini.
“Bagaimana kalau keluarga dari Syahrul Yasin Limpo mempertanyakan hal tersebut, kemudian menuntut keadilan? Tentu hal ini preseden buruk dari penegakan hukum di Indonesia, tertuma terkait kasus korupsi, dan melibatkan pejabat tinggi atau mantan pejabat tinggi,” imbuh lelaki yang hobi jogging pagi ini.
“Ini membawa risiko konflik di masyarakat dan perlu dipertimbangkan secara seksama,” ujarnya.
Prof Bowo menggarisbawahi pentingnya menjaga keadilan dan menghindari kesan bahwa hukum bisa dipengaruhi oleh kekuasaan atau jabatan tertentu.