- Tim tvone - edy cahyono
Tanah Bergerak di Desa Gunungsari Batu, 10 Rumah dan 1 Sekolah Alami Keretakan dan Jalan Ambles
Kota Batu, tvOnenews - Usai diterjang angin kencang yang menyebabkan pohon tumbang beberapa hari lalu, kini Kota Batu dilanda tanah bergerak, Minggu (17/3).
Tanah bergerak adalah perpindahan massa tanah atau batu pada arah tegak, mendatar, atau miring dari kedudukan semula.
Gerakan tanah mencakup gerak rayapan dan aliran maupun longsoran. Dengan demikian tanah longsor juga menjadi bagian dari tanah bergerak.
Retakan tanah dan tembok kembali terlihat di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Seperti sudah jadi langganan saat musim hujan, daerah ini selalu mengalami hal yang sama di setiap tahunnya.
Penyebabnya tetap, kondisi tanah di kawasan itu jenuh air. Karena hampir setiap hari diguyur hujan dengan intensitas tinggi. Hingga menyebabkan tanah yang ada di lembah Gunung Banyak itu bergerak dan menimbulkan retakan.
Kalaksa BPBD Kota Batu, Agung Sedayu menyatakan, peristiwa tanah gerak tepatnya terjadi di kawasan Dusun Brau, RT 01 RW 10. Disebabkan karena kondisi curah hujan yang tinggi.
“Dampaknya sejumlah lahan persawahan mengalami retak, serta beberapa ruas tembok SD dan SMP Satu Atap Brau mengalami retakan. Selain itu juga menyebabkan 10 rumah warga mengalami retakan di bagian tembok,” kata Agung saat dikonfirmasi awak media, Minggu (17/3).
Agung menambahkan, besaran retakan yang terjadi di tembok warga itu rata-rata sekitar 10 sampai 18 centimeter. Selain itu, tanah gerak juga menyebabkan sejumlah ruas jalan ambles sekitar 20 hingga 30 centimeter
“10 rumah warga yang mengalami retakan, sedangkan jalan yang ambles 20 hingga 30 centimeter, merupakan jalan desa yang sudah di aspal,” bebernya.
Sebagai upaya awal penanganan bencana alam tanah gerak. Pihaknya telah melakukan kaji cepat dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Lalu bersama dengan warga, dilakukan penutupan sementara jalan aspal yang retak.
“Dari hasil kaji cepat, kami merekomendasikan untuk dilakukan relokasi area bangunan yang terdampak. Lalu melakukan alih fungsi kawasan menjadi daerah konservasi tangkapan air. Kemudian melakukan rekayasa teknis penguatan struktur tanah. Guna pemanfaatan kawasan dengan melibatkan peneliti civitas akademi,” tukasnya. (eco/hen)