- zainal arifin
Warga Bawean Merasa Aman Bertahan di Tenda Daripada Kembali ke Rumah
Surabaya, tvOnenews.com - Dua gempa susulan mengguncang Pulau Bawean pada Selasa (26/3/2024) sekitar pukul 03.13 dan 04.05 WIB, atau ketika warga sedang sahur. Warga sempat panik pada guncangan kedua karena sempat terdengar suara gemuruh.
Informasi dari BMKG Tanjung Perak Surabaya, gempa susulan kembali mengguncang wilayah Bawean dan sekitarnya dengan magnitudo 3.7 dan magnitudo 4.4, berlokasi di 123 kilometer di Timur Laut Tuban.
Kemudian, hingga Selasa pagi terjadi beberapa guncangan kecil pada pukul 04.25 WIB. Hasil analisa BMKG mencatat, gempa susulan sudah terjadi sejak 279 kali.
Gatot Soebroto Kepala Pelaksana BPBD Jatim mengatakan, jumlah pengungsi per hari Senin (23/3/2024) kemarin mencapai 33.539 orang.
Mereka tersebar di sejumlah desa di Pulau Bawean dan berada di kawasan yang lapang. Gatot menegaskan, jumlah bantuan yang dikirim untuk masyarakat pengungsi akan terus bertambah.
“Itu terdiri dari 10.109 jiwa anak-anak, 18.531 jiwa dewasa, dan 4.898 jiwa lansia. Bantuan untuk para pengsungi ini terus kami siapkan, angkanya bergerak dan bertambah,” ucap Gatot.
Sejumlah tenda pengungsian yang berada di sepanjang jalan samping-samping rumah warga di Desa Suwari, Kecamatan Sangkapura, sempat mengalami sedikit guncangan seper sekian detik. Puluhan warga pun langsung keluar tenda dan mencari lokasi lapang.
Sementara itu Salamah (42) pengungsi yang berada di depan rumah di Desa Suwari mengaku, masih merasakan trauma akibat gempa yang melanda Pulau Bawean pada Jumat (22/3/2024) kemarin yang berkekuatan 6.5.
“Saya khawatirkan, saya masih trauma,” kata Salamah setelah gempa kedua berlangsung.
Wanita berusia 42 tahun itu yang tinggal di Desa Dekat Agung, Dusum Bangsal, Kecamatan Sangkapura ini, lebih memilih mengungsi di Desa Suari karena lebih aman.
Saat ini Salamah bersama 14 warga lainnya mendirikan tenda di halaman rumah tersebut dan beralaskan terpal. Semua aktivitas dilakukan di tenda tersebut, mulai dari masak hingga tidur.
“Kalau tidur ya dingin berembun. Kami masih trauma, jadi lebih baik tinggal di sini. Ketika ada gempa seperti tadi, kami bisa langsung lari,” tandasnya. (zaz/far)