- tim tvone
Bank Indonesia Optimis Ekonomi Jatim Tumbuh 5 Persen di Tengah Gejolak Ekonomi Global
Surabaya, tvOnenews.com – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur menggandeng Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga gelar Jatim Talk — Road to East Java Economic (EJAVEC) Forum 2024 dengan tema.
Dalam pertemuan tersebut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jatim, Erwin Gunawan Hutapea mengatakan perekonomian Jawa Timur pada 2024 diproyeksikan bisa tumbuh 4,7%-5,5%, dengan motor utama investasi dan konsumsi.
Optimisme pertumbuhan ekonomi Jatim didorong pula kinerja berbagai lapangan usaha. Dalam penjualan eceran, survei mendapati penjualan suku cadang dan aksesori bakal menguat, demikian juga untuk bahan bakar dan peralatan komunikasi.
“Adapun dalam kredit rumah tangga, pertumbuhan kredit segmen ini diproyeksi bisa 9,79% pada triwulan I/2024, sementara pada triwulan IV/2024 bisa tumbuh 9,43%.
Signifikansi Jatim itu ekonomi kedua terbesar, kontribusi lebih 14% terhadap PDRB/PDB domestik, sehingga perlu bersama merumuskan strategi paling optimal untuk mendorong kesejahteraan ekonomi Jatim,” ujar Erwin di hadapan pimpinan lembaga yang hadir dalam seminar bagian dari Jatim Talk – Road to East Java Economic (EJAVEC) 2024.
Sementara di sisi eksternal, ekonomi Jatim masih akan terpengaruhi situasi global, perang Rusia, konflik Palestina, krisis Laut Merah yang bisa memengaruhi harga energi, sejumlah komoditas impor hingga biaya transportasi logistik internasional yang bisa naik. Tantangan eksternal ini bisa terkontrol bilamana potensi domestik bisa dimaksimalkan.
“Sinergi dan kolaborasi penting dilakukan untuk menjaga ekonomi Jatim. Bersama dengan kalangan praktisi dan akademisi memberikan sejumlah rekomendasi strategi yang perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi maupun inflasi di tengah tantangan konflik geopolitik,” urainya.
Dikatakan Wewin Gunawan Hutapea, tantangan yang pertama ada konflik geoplitik. Perang Ukraian – Rusia yang kita pikir cepat selesai, ternyata bertahan lama, lalu di Timur Tengah ada perang Israel – Palestina sehingga goblal supply terganggu, harga energi naik. Ini yang bikin finlasi global jauh diatas dugaan. Di tambah lagi, sektor pertanian di dunia menghadapi El-Nino sehingga harga-harga barang pangan meroket, lalu Vietnam dan India menahan ekspornya demi ketahanan pangan mereka. Kondisi ini pun menambah beban inflasi global.