- zainal arifin
Perang Modern dan Military Artificial Intelligence Jadi Isu Utama Pendidikan TNI AL Mencetak Prajurit Modern
Surabaya, tvOnenews.com - Perang modern dengan kemampuan Military Artificial Intelligence menjadi isu utama dalam puncak peringatan Hari Pendidikan Angkatan Laut (Hardikal) 2024.
TNI AL berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan angkatan laut dengan terus menyesuaikan kurikulum terhadap perkembangan teknologi modern yang meningkat pesat.
Laksamana Madya (Laksdya) TNI Erwin S Aldedharma Wakil Kepala Staff Angkatan Laut (Wakasal) yang mewakili Laksamana TNI Muhammad Ali Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) mengatakan, fokus pada pendidikan tersebut penting sebagai upaya untuk mencetak prajurit jalasena yang berkarakter, berintegritas, profesional dan modern.
“Hal-hal seperti itu menjadi acuan kita. Kita sesuaikan dengan tuntutan penugasan di lapangan, sehingga kita tidak bisa mengacu pada pendidikan yang sudah lama, karena pola pendidikan yang dihadapi oleh siswa nantinya setelah lulus itu dikondisikan dengan kondisi saat ini yang penuh dengan tantangan teknologi,” katanya seusai seremoni peringatan puncak Hardikal ke-78 di Lapangan Laut Maluku, Bumimoro, Moro Krembangan, Surabaya, Selasa (14/5/2024).
Dalam peringatan puncak Hardikal yang diadakan oleh Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Laut (Kodiklatal), Akademi Angkatan Laut (AAL), Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) dan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) itu, TNI AL juga menampilkan hasil kemajuan teknologi dan skill prajurit, seperti keahlian mengendarai pesawat dan mengendalikan drone aeromodelling.
“Kita tampilkan teknologi seperti itu, karena hal-hal itulah yang ditemui ketika tugas di lapangan. Kita ingin adaptif, inovatif, dan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi,” ujarnya.
Saat ini, kata dia, upaya meningkatkan pendidikan angkatan laut juga sudah ditunjang dengan adanya alutsista berteknologi baru yang telah didatangkan oleh pemerintah Indonesia.
“Kita tahu bahwa Menhan juga telah mengadakan kontrak soal pengadaan alutsista seperti kapal selam dan kapal fregat. Itu semua bukan dari teknologi lama, tapi hasil dari teknologi baru, sehingga angkatan laut kita tuntut bisa menyediakan ilmu atau pengetahuan sesuai dengan di lapangan,” bebernya.
Lebih lanjut, dalam berlangsungnya sekolah atau kuliah, TNI AL saat ini juga tidak hanya berfokus pada ruang-ruang kelas saja, tetapi sudah memanfaatkan pembelajaran online, sehingga dosen pengajar yang sedang berada di tempat yang jauh, tetap bisa melangsungkan kuliah secara daring.
“Kita menyesuaikan dengan kondisi yang ada, sesuai dengan lingkungan strategis dan sesuai dengan tuntutan teknologi yang berkembang sangat pesat belakangan ini,” ujarnya.
“Tentunya butuh support, bukan hanya dari TNI AL saja, tapi dari semua lapisan. Kita mohon doa kepada masyarakat, agar upaya kita dalam mencetak sumber daya manusia yang sesuai dengan harapan ini, bisa terlaksana dengan baik,” tandasnya.
Keberadaan sejumlah perang modern seperti perang Rusia-Ukraina dan serangan Iran ke Israel menjadikan tolak ukur jika perang di massa yang akan datang lebih bertumpu terhadap teknologi digital yang mengandalkan kekuatan Military Artificial Intelligence.
Konfrontasi antar negara tidak hanya terjadi kawasan saja namun juga bisa lintas kawasan dan benua. (zaz/far)