- tim tvone - sandi irwanto
SGN Luncurkan Program Penguatan Tebu Rakyat dan Benahi Ekosistem Gula, Targetkan 8 Ton Per Hektar
Surabaya, tvOnenews.com - Guna memperkuat kapasitas petani tebu agar bisa optimal dalam budidaya dan sekaligus meningkatkan pendapatan, PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) anak perusahaan PTPN III (persero) Holding Perkebunan meluncurkan sejumlah program penguatan tebu rakyat. Hal ini untuk mengejar target produktifitas tebu dari 5 ton menjadi 8 ton per hektar.
Dengan bergulirnya program Penguatan Tebu Rakyat ini, petani dipastikan mendapatkan bibit yang terbaik, dipelihara dengan cara benar, diberi pupuk sesuai kebutuhan, dan dipanen saat yang tepat. Guna memaksimalkan target tersebut, SGN bekerjasama dengan lembaga pembiayaan untuk memperkuat petani. Alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) tersedia bagi petani tebu. Akses kredit bakal difasilitasi SGN dan plafon pembiayaan bisa maksimal.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (persero), Mohammad Abdul Ghani dalam acara peluncuran program Penguatan Tebu Rakyat di Surabaya menyebtukan, ekosistem tersebut yang nanti bisa membantu petani meningkatkan produktivitasnya. Petani tebu saat ini bisa mengakses KUR khusus yang diluncurkan Kemenko Bidang Perekonomian. Program ini tidak lagi dibatasi plafon maksimal Rp500 juta.
“Saya terima kasih kepada kementerian yang secara konkret memberikan dukungan, terutama ke petani, dimana kur khusus petani tebu plafonnya sudah tidak ada lagi," terangnya.
Dukungan lain terhadap petani, ada program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat (Makmur). Adapula pendanaan dari himpunan bank milik negara (Himbara), asuransi, penguatan sarana produksi dari Petrokimia Gresik, PTPN, RNI dan Bulog. Abdul Ghani menjelaskan produktivitas tebu pada tahun 1930 bisa mencapai 14,7 ton per hektare.
Menurut Ghani, saat ini, produktivitas per hektare 5 ton. Diharapkan setelah program tersebut produktivitas bisa 8 ton per hektare. Dari data internal PTPN, kata Abdul Ghani, kalau petani mampu menaikkan produktivitas 5 ton ke 8 ton maka untuk menghasilkan 1 kg HPP gula itu turun dari sekitar Rp9763/kg menjadi hanya Rp6269/kg. Biaya ini sudah termasuk sewa lahan, sehingga bila lahan milik sendiri biaya pokoknya bisa turun.
"Jika produktivitas bisa 8 ton per hektare, sekarang gula Rp15.000, uangnya sudah Rp120 juta, kesimpulannya petani mendapat Rp47juta per hektare [bila sewa] kalau lahan sendiri bisa mencapai Rp60 juta," ungkap Ghani.
“Produksi tebu 8 ton per hektare dengan asumsi luas lahan tebu 500.000 hektare, secara nasional maka bisa menghasilkan minimal 4 juta ton gula. Artinya untuk mencapai swasembada gula konsumsi itu bukan target yang berlebihan," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), Mahmudi menegaskan penguatan ekosistem tebu rakyat ini menjadi salah satu kunci untuk swasembada gula konsumsi terutama pada 2028 nanti. Perseroan sudah menyiapkan KUR khusus kluster tebu.
“Pihak kami menyiapkan infrastruktur digital e-tera dimana ini menjadi basik data dari petani dan kepentingan serta kebutuhan petani untuk menuju target 8 ton per hectare. Selain itu, SGN juga menjamin penguatan petani, termasuk bagaimana mengakses pendanaan, operasional di lahan, melakukan penjualan, serta penguatan lain,” papar Mahmudi. (msi/hen)