- sandi irwanto
Prof Komarudin Hidayat: Pilkada dengan Kotak Kosong Tidak Sehat Bagi Demkorasi
Hal ini disampaikan Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, usai memberikan motivasi kepada ribuan mahasiswa baru Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).
Menurut Komarudin Hidayat, Pilkada merupakan salah satu instrumen untuk mewujudkan cita-cita demokrasi di tingkat daerah. Siapa pun yang terpilih dalam Pilkada serentak 2024 betul betul mempejuangkan aspirasi rakyat, bukan aspirasi pemilik modal.
“Pilkada ini salah satu instumen mewujudkan demokrasi di negeri ini. Jadi siapapun yang nantinya menang dalam pilkada harus benar-benar memerjuangkan aspirasi rakyat, bukan memerjuangkan pemodal,” ujarnya.
Komisaris Independen Bank Syariah Indonesia (BSI) ini menambahkan, jika nanti pada pilkada dengan calon tunggal melawan kotak kosong menang, dinilainya tidak sah karena yang bersangkutan tidak diterima oleh rakyat.
“Kalau ada calon tunggal yang menang daam pilkada, itu tidak sah karena orangnya tidak diterima oleh rakyat. Karena itu, pilkada dengan kotak kosong tidak sehat bagi demokrasi,” tegas Komarudin.
Komarudin Hidayat menambahkan, hal tersebut menurutnya akibat dari sistem politik yang salah, karena biaya pemilu, pilkada maupu pileg yang terlalu mahal. Hanya mereka yang punya uang dalam jumlah besar yang bisa maju dalam pilkada maupun pileg.
“Itu semua karena akibat dari sistem politik yang salah. Biaya poltik di sini cukup mahal. Hanya mereka yang berduit banyak yang bisa maju dalam pilkada. Oleh karena itu, politik itu sebagai pesta rakyat, sebuah festival untuk rakyat, mestinya harus dikembalikan sebagaimna mestinya,” tandasnya. (msi/far)
“Itu semua karena akibat dari sistem politik yang salah. Biaya poltik di sini cukup mahal. Hanya mereka yang berduit banyak yang bisa maju dalam pilkada. Oleh karena itu, politik itu sebagai pesta rakyat, sebuah festival untuk rakyat, mestinya harus dikembalikan sebagaimna mestinya,” tandasnya. (msi/far)