- tim tvone - wawan sugiarto
Proses Penyembuhan Ternak Sapi Lambat Pasca Terjangkit PMK, Pemerintah Harus Evaluasi
Lumajang, Jawa Timur- Penanganan pemerintah atas merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) perlu segera dilakukan evaluasi. Pasalnya, hingga dua bulan berjalan, wabah ini tidak kunjung mereda.
Padahal, selama ini obat-obatan dan vitamin sudah diberikan. Ditambah banyak pasar hewan sudah ditutup untuk membatasi mobilitas hewan ternak.
Bupati Lumajang, Thoriqul Haq mengatakan, angka kesembuhan sapi terpapar PMK terbilang lambat progresnya.
Menurutnya, wabah PMK yang dulu juga pernah menyerang Indonesia sekitar tahun 1980 an tidak selambat ini siklus kesembuhannya.
"Yang sembuh lambat, dari sakit sampai sehat ini lambat dan hampir semua sama, dulu pernah ada PMK tapi tidak selambat sekarang," kata Thoriq di Kantor Bupati Lumajang, Jumat (8/7).
Proses vaksinasi PMK juga ternyata menemui beberapa kendala di lapangan. Salah satunya banyak peternak yang masih menyatukan kandang sapi yang sakit dengan yang sehat, sehingga petugas kesehatan hewan tidak berani menyuntikkan vaksin. Sebab, hanya sapi yang sudah dinyatakan sehat yang bisa mendapatkan vaksin.
"Vaksin kemarin kita dapat 10 ribu dosis ya, tapi masih banyak peternak itu yang sapinya dicampur, padahal satu kandang kalau ada yang sakit ya potensinya sakit," tambahnya.
Meski begitu, upaya demi upaya terus dilakukan Pemkab Lumajang agar peredaran virus PMK ini bisa segera terkendali. Diantaranya gelontoran obat-obatan dan vitamin. Pemkab Lumajang telah menurunkan 1 miliar rupiah dana BTT untuk membeli vitamin dan obat-obatan.
Lebih lanjut, Thoriq menjelaskan keresahan warga jelang hari raya Idul Adha. Ia menyarankan warganya untuk memilih berkurban dengan kambing.
Petugas hewan dari Dinas Pertanian juga telah dikerahkan untuk memastikan setiap hewan yang mau dikurbankan dalam kondisi sehat.
"Jumlahnya berkurang karena masyarakat sekarang makan daging saja sudah berkurang, jadi saya rekomendasikan memilih kurban dengan kambing, setiap hewan yang mau dijadikan kurban harus dapat surat keterangan sehat dari puskeswan," jelasnya.
Untuk diketahui, jumlah hewan ternak jenis sapi yang terpapar PMK di Lumajang sudah mencapai 8000 ekor lebih. Data dari Pemprov Jatim menyebut ada dua ekor sapi yang mati.
Memang, data PMK ini simpang siur. Beda instansi maka akan memberikan data yang berbeda. Seperti Ketua Satgas PMK Lumajang yang menyampaikan hanya enam ekor sapi yang mati.
Thoriq memastikan, data sapi mati yang dibawah 10 ekor tersebut salah. Menurutnya, mungkin ada kesalahan teknis dalam penyampaian.
"Enggak mungkin itu, salah kalau hanya dua ekor, mungkin salah ketik," pungkasnya. (wso/hen)