- Wawan Sugiarto
Kesulitan yang Dihadapi Pengusaha Kuliner saat Harga Elpiji Nonsubsidi Naik
Lumajang, Jawa Timur - Seiring dengan melandainya kasus penularan Covid-19, pengusaha di Kabupaten Lumajang sudah mulai terlihat beraktivitas secara normal. Salah satunya pengusaha kuliner. Sayangnya, pengusaha di bidang ini belum bisa meraup secara keuntungan secara maksimal, karena beberapa bahan baku akhir-akhir ini melonjak naik.
Salah satu bahan baku yang mengalami kenaikan cukup signifikan adalah elpiji nonsubsidi. Per kilogramnya, harga elpiji naik sekitar Rp2 ribu. Jika dikalkulasi per tabung, kenaikannya cukup dirasakan para pelaku usaha.
Elpiji 5,5 kilogram misalnya. Harga elpiji ukuran ini sebelumnya Rp88 ribu. Namun, sekarang tembus Rp100 ribu. Praktis kenaikannya per tabung tembus Rp12 ribu.
Elpiji ukuran tabung 12 kilogram juga mengalami kenaikan. Dari Harga Rp197 ribu per tabung, kini menjadi Rp213 ribu per tabung. Walhasil, banyak pengusaha kuliner mengeluh gara-gara ini.
Salah satu usaha yang terdampak yakni rumah makan yang berada di sekitaran Jalan Sukarno Hatta, Kecamatan Sukodono, Lumajang. Banyaknya harga bahan baku yang melonjak naik membuat biaya produksi masakan selalu membengkak. Bahkan, keuntungannya selalu tipis dari modal.
"Kami naikkan harga makanan juga gak mungkin. Karena pesaing kan banyak. Siasat kami kalau harga elpiiji terlalu tinggi, paling lama-lama ya beli yang elpiji 3 kilogram," keluh Anita, salah seorang pengelola rumah makan, Jumat (15/7/2022).
Padahal, elpiji 3 kilogram atau subsidi hanya diperuntukkan bagi masyarakat kelas bawah. Sedangkan, sasaran konsumen elpiji nonsubsidi adalah masyarakat kalangan menengah ke atas.
Dampak lain yang sangat potensial muncul adalah adanya oknum-oknum pengoplos elpiji nonsubsidi. Daya tawarnya, yang penting harga murah. Namun, jika hal ini terjadi, maka sangat mungkin keselamatan pengguna menjadi taruhannya.
Erni salah seorang pengelola rumah makan di kawasan Kepuharjo, Lumajang juga mengeluh dengan kondisi ini. Kenaikan harga elpiji membuat pengusaha kuliner semakin tertekan. Sebab, bagi pelaku usaha kuliner gas elpiji adalah bahan baku yang harus selalu tersedia. Oleh karena itu dirinya mendesak pemerintah memberikan solusi kongkrit untuk mengatasi persoalan ini.
"Percuma kalau pemerintah cuma gembar-gembor mengajak pelaku usaha memulihkan ekonomi tapi kalau ternyata kenyataannya gak didukung. Kemarin sudah dihimpit minyak goreng, sekarang elpiji. Kalau gini terus ya ekonomi gak pulih-pulih," pungkasnya. (wso/act)