- tim tvone - zainal ashari
Pekik Merdeka Bergema dalam Upacara Bendera Warga Etnis Tionghwa di Kampung Tambak Bayan Surabaya
Suseno berharap, peringatan hari kemerdekaan ini bisa menjadi penguat bagi warganya untuk terus menghargai dan menghormati jasa para pahlawan.
"Para pahlawan yang sudah berjuang demi bangsa ini, supaya nilai perjuangan mereka tidak luntur," ujarnya.
Bangunan tua yang ada di Kampung Tambak Bayan ini aslinya adalah sebuah bangunan bekas istal atau sebutan untuk kandang kuda. Dari cerita yang didengarnya, bangunan itu sudah ada sejak 1866. Istal tersebut berada pada sebuah lahan dengan luasan tanah mencapai 3800 meter persegi. Kini kandang kuda dihuni oleh sekitar 50 kepala keluarga. Mereka menetap sejak dari turun temurun.
“Yang tinggal di sini semuanya sudah turun temurun. Mereka sudah dari generasi ke generasi ada di sini,” ujar Suseno membuka pembicaraan.
Ruangan ini disebut sebagai tempat tinggal pemilik kandang kuda kala itu. Sebuah pintu berukuran 1 kali 2 meter layaknya pintu rumah dengan warna dominan magenta dan merah kuning menyambut langkah pertama kami.
Menurut Claudine Salmon dalam bukunya Historia Surabaya , pemukiman Cina muncul di Surabaya pada akhir abad ke-17 dan mengalami perkembangan yang signifikan pada abad ke-18 sampai abad ke-19. Jika dibandingkan dengan pemukiman Bumiputra atau pemukiman Arab, pemukiman orang-orang Cina lebih teratur. Mereka menempati wilayah yang lebih luas di Kampung Songoyudan, Panggung, Pabean, Slompretan, dan Bibis. Kampung-kampung tersebut disebut dengan Pecinan.
Sementara Purnawan Basundoro dalam bukunya Merebut Ruang Kota : Aksi Rakyat Miskin Kota Surabaya 1900-1960an menuliskan bahwa pada tahun 1920an datang secara bergelombang orang-orang dari daratan Cina ke Kota Surabaya.