- Tim tvone - umar sanusi
Bawa Nama Indonesia di Kancah International, Wayang Potehi Jombang Tampil di Denhaag, Belanda
Jombang, Jawa Timur - Wayang Potehi Fu He An asal Gudo, Jombang, berhasil membawa nama Indonesia di kancah Internasional. Wayang potehi tampil pada acara Tong Tong Fair Festival Den Haag, Belanda pada 1-11 September 2022.
Pada acara yang digelar selama 10 hari tersebut, Wayang Potehi Jombang menjadi satu-satunya kesenian asal Indonesia yang tampil dalam event internasional tersebut.
Melalui sambungan telepon, Toni Harsono, Ketua Yayasan Tridarna Hong San Kiong Gudo sekaligus Ketua Kesenian Wayang Potehi mengungkapkan rasa bahagia bisa tampil di Belanda.
"Saya merasa bisa memperkenalkan potehi di Belanda, banyak orang tua Tionghoa di Belanda mengenang masa kecilnya karena pernah nonton Potehi di Indonesia," ungkapnya, Sabtu (10/9).
Namun, pihaknya sempat menyayangkan kepada pemerintah Indonesia yang dirasa kurang maksimal memperhatikan kesenian asal negeri tirai bambu yang telah menjadi kesenian Indonesia tersebut.
"Saya berharap pemerintah mendukung pelestarian potehi, karena potehi juga bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang berabad-abad ada di Indonesia," harapnya.
Perjalanan tim Wayang Potehi ke Belanda, tutur Toni, sempat terkendala biaya. Namun berkat kerjasama dan kekompakan semua pihak yang peduli wayang boneka tersebut, bisa terlewati dan tim potehi terdiri dari 9 orang bisa turut tampil di Belanda
Tong Tong Fair (TTF ) 7 merupakan ajang pagelaran seni dan budaya Asia-Pasifik yang tertua di Belanda karena digelar pertama tahun 1959.
"Kami telah membawa nama Jombang dan kesenian Potehi di arena tersebut," ujar Toni Harsono.
Toni yang merupakan ketua rombongan Potehi Jombang menerangkan baru kali ini wayang potehi Gudo bisa menghadiri undangan dari TTF.
Sebelumnya, timnya gagal berangkat karena terkendala pendanaan. Untuk bisa berangkat ke Den Haag tahun ini, Toni beserta tim bekerja ekstrakeras menggalang dana dari masyarakat.
"Banyak sekali yang mensupport kami. Dari Islam, Kristen, Buddha, Konghucu, Jawa, Tionghoa, Madura, dan lain-lain. Ada yang mendonasikan Rp50 ribu hingga jutaan. Semua membantu," ujarnya.
Menurutnya, masyarakat tidak hanya mendukung secara finansial, namun juga nonfinansial, termasuk ketika mereka ikut mempromosikan wayang potehi melalui media sosial.
Besarnya dukungan masyarakat, tambahnya, merupakan bukti Potehi tidak hanya milik komunitas Tionghoa, namun, secara luas, telah diterima masyarakat non-Tionghoa. (usi/hen)