- Istimewa
Kya-Kya Tradisi Jalan Sembari Jajan dan Jajan Ala Kota Surabaya
Surabaya - Kya Kya Atau Jalan Jalan dalam bahasa Hokian kuno yang menjadi bahasa sebagian warga peranakan toinghoa di Surabaya. Dulu pernah menjadi pusat jajanan dan kuliner di wilayah Surabaya.
Pertama kali Dulu dibuka di tahun 2003, setelah sempat tertidur lebih 10 tahun kini kawasan Kya kya yang berada tepat di Jalan Kembang Jepun Surabaya dengan konsep baru kini dibuka kembali dan lebih seru karena diikuti oleh pedagang kaki lima dan UMKM.
Total sebanyak 60 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mewarnai dibukanya kembali kawasan Kya-Kya yang berada di Kembang Jepun Kota Surabaya. Beragam menu yang dijajakan memunculkan lagi geliat wisata kuliner yang pernah ada.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan dari total 60 UMKM yang berpartisipasi pada lahirnya kembali wisata pecinan ini, separuhnya adalah warga asli sekitar.
“Ada 60 UMKM, 30-nya warga sekitar sini. Tadi sepakat dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan lainnya akan memanjangkan lagi karena antusiasnya begitu tinggi,” kata Eri.
Selain ornamen-ornamen gantung Tionghoa yang menggantung di sepanjang kawasan Kembang Jepun, gerobak-gerobak stan para UMKM juga dibuat senada. Kolaborasi warna hitam, merah, dan emas, serta tambahan aksesoris-aksesoris menambah suasana pecinan yang sudah lama hilang.
“Ke depannya sepanjang Jalan Kembang Jepun tadi yang dibuat tempat makan semuanya akan dicat dengan warna rumah pecinan, hitam, merah, dan emas. Semua tempat akan dipasang papan nama yang tulisannya China dan arti yang dibahasa Indonesiakan. Nanti akan full kursi kita tambah betul-betul macam-macam kuliner,” imbuhnya.
Sementara, menu yang dijajakan tidak hanya masakan Tionghoa, tapi juga jajanan pasar, sekaligus beberapa camilan masa kini.
“Saya bahkan berpikir ada masakan Surabaya zaman China dahulu. Gado-gado, rujak, tapi taste-nya China. Nanti kita tata lagi.
Antusiasnya alhamdulillah luar biasa seperti ini. Semoga terus berkembang dan menggerakkan ekonomi Surabaya. Bukan hanya pemerintah tapi semua stakeholder dan rakyat ikut,” paparnya.
Terkait jam operasional kawasan Kya-Kya akan dibuka setiap Jumat-Minggu mulai pukul 18.00-22.00 WIB.
Selain wisata kuliner, pengunjung juga bisa berkeliling di beberapa objek wisata di Jalan Karet dan Jalan Gula menggunakan becak yang sudah dihias lampu-lampu.
“Bisa wisata pakai becak yang ada di sini ada klenteng, ada rumah Abu Han, ada tiga keluarga ya. Rumah Abu Han ini rumah untuk sembahyang untuk keluarganya yang sudah meninggal. Ada 140 lebih lah nisan untuk sembahyang mendoakan keluarganya yang sudah meninggal,”
Capek naik becak di kampung pecinan warga maupun pengunjung bisa ber swa foto di sejumlah spoth gedung tua yang sudah di hias sejumlah mural bernuansa tionghoa kuno.
"Ini sangat menarik mengingatkan kita pada massa lalu bahwa budaya tionghwa dari Dulu telah berdampingan bersama kita penuj toleransi dengan tradisi oriental," terang Shintia