Peserta perempuan saat adu gulat diatas panggung.
Sumber :
  • Tim tvOne/M. Habib

Unik, Warga Gresik Gelar Adu Gulat Perempuan, Tradisi Nenek Moyang Saat Minta Turun Hujan

Senin, 10 Oktober 2022 - 12:30 WIB

Gresik, Jawa Timur- Indonesia rupanya menyimpan aneka ragam budaya dan tradisi khas Nusantara yang penuh dengan filosofi sejarah. Salah satunya tradisi Gulat Okol di Desa Setro, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik.

Nah, jika umumnya adu gulat dijadikan ajang kontes perebutan gelar juara. Namun di Setro Menganti, tradisi gulat menjadi salah satu pentas budaya tahunan sebagai ritual warga saat meminta turunnya hujan pada musim kemarau. Adu kekuatan antar perempuan, anak- anak hingga pria dewasa itu sudah berlangsung lebih dari sembilan ratus tahun silam.

"Adu kekuatan dan taktik melumpuhkan lawan dalam gulat okol warga desa Setro, tindak untuk mencari siapa yang paling kuat. Tapi untuk persaudaraan dan melestarikan budaya warisan nenek moyang dan sedekah bumi warga setro," ujar Ahmad Saiful, Kades Setra kepada tim tvOnenews.

Saiful menyatakan, jika tradisi gulat atau lebih dikenal dengan adu okol ( Kekuatan) ini merupakan pentas budaya tahunan warga yang sudah dilakukan turun temurun sejak nenek moyang warga Desa Setro." Dulu tradisi ini di percaya bisa mendatangkan hujan saat musim kemarau panjang terjadi," lanjutnya

Asyiknya lagi, meski berlangsung di ujung desa dan acaranya hanya dikemas sederhana dengan panggung terbuat dari tumpukan jerami( batang padi), namun antusias para penonton yang hadir tidak kalah hebohnya dengan ajang tinju profisional maupun MMA.

"Antusias warga ini membuat lapangan Setro penuh ribuan warga. Mereka juga mengajak anak anaknya untuk menyaksikan langsung hiburan gulat gratis," sambung Saiful.

Untuk menjaga keselamatan para peserta, peserta adu gulat diwajibkan mematuhi aturan sebelum bertanding. Diantaranya kuku peserta harus dipotong dulu, melepas ikat pinggang dan barang barang yang bisa membahayakan lawan. Peserta juga di beri kain yang dilingkarkan ke tubuh mereka masing- masing untuk pegangan.

"Pentas adu gulat juga di iringi musik Gending tradisional untuk menghibur peserta dan warga saat pertandingan. Setiap peserta yang menang menurut wasit yakni yang dua kali menjatuhkan lawannnya dibabak pertama dan kedua," tegas Saiful.

Sementara itu, Anggun (25) salah satu peserta gulat okol asal kota Surabaya mengaku, rela jauh- jauh datang dari kota Surabaya demi bisa memeriahkan budaya okol peninggalan nenek moyang warga Setro Menganti.

"Selain dapat hadiah uang tunai dan kaos, saya ikut gulat karena ingin ikut melestarikan tradisi warga desa agar tidak punah," tutur Anggun kepada tvonenews.com.

Hanif, pihak panitia adu gulat okol mengaku jika pentas budaya gulat okol bukannya tanpa alasan digelar setiap tahunnya. Menurutnya tradisi gulat warga telah dilakukan sejak ratusan tahun silam. 

"Tradisi ini warisan secara turun temurun. Merupakan Peninggalan nenek moyang warga setro yang dulu meminta hujan saat musim kemarau panjang tak kunjung usai," kata Hanif.

Dalam pentas budaya adu gulat okol tahun ini, tidak hanya diikuti oleh peserta dari warga desa Setro saja, melainkan juga diikuti puluhan warga dari luar kota Gresik, seperti peserta dari Lamongan, Tuban, Surabaya, Kediri dan Jombang.(mhb/mii)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:50
03:27
02:06
03:04
03:16
05:48
Viral