- tim tvOne
VKTR dan PENS Petakan Potensi Industri Elektrifikasi Transportasi di Indonesia
Surabaya, Jawa Timur - PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR – atau disebut ‘Vektor’) bekerjasama dengan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Pemetaan Potensi Membangun Industri Elektrifikasi Transportasi Indonesia” dan pameran teknologi, di Kampus PENS, Surabaya, Selasa (29/11). Dikatakan, FGD ini adalah ikhtiar kedua pihak untuk bersama-sama mengkaji lebih dalam potensi industri elektrifikasi transportasi di Indonesia, serta pengembangannya ke depan.
Direktur PENS Aliridho Barakbah mengatakan bahwa selain VKTR, pihaknya juga mengundang sejumlah institusi seperti Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PT PLN (Persero), dan PT INKA (Persero) untuk berpartisipasi secara langsung dalam diskusi tersebut.
“Kami berharap melalui FGD ini semua pihak bisa saling bersinergi lebih solid demi memetakan industri elektrifikasi transportasi, mengidentifikasi kendala, potensi dan peluangnya sehingga dapat segera kami kembangkan bersama-sama,” ucap Aliridho.
Aliridho juga menambahkan bahwa PENS dan VKTR sekaligus menggelar pameran teknologi di saat yang sama. Salah satunya, mereka memamerkan keberhasilan kolaborasi kedua pihak dalam mengubah sepeda motor bermesin motor bakar konvensional menjadi sepeda motor bertenaga motor listrik, dengan teknologi yang disebut retrofit.
“Saya kira ini pencapaian penting. Kita, masyarakat Indonesia, membutuhkan teknologi yang terjangkau untuk memperbanyak moda transportasi ramah lingkungan, sekaligus dapat membantu pencapaian target zero emission di Indonesia secara lebih cepat,” tegas Aliridho.
Direktur Utama VKTR Gilarsi W. Setijono meyakini bahwa pilihan me-retrofit sepeda motor konvensional menjadi sepeda motor listrik ini dapat menjadi solusi tambahan bagi pemerintah dan masyarakat luas dalam upaya mengurangi polusi di perkotaan di Indonesia, memanfaatkan teknologi yang tepat guna dengan ongkos yang relatif terjangkau.
“Yang pasti, teknologi retrofit ini bukan sebuah rocket science dan relatif mudah diaplikasikan. Karenanya kami optimis bahwa metode yang kami tawarkan ini dapat cepat diterima oleh masyarakat secara luas dan tentunya mendapat dukungan penuh dari pihak pemerintah dan dunia usaha khususnya,” tandas Gilarsi.