- Antara
Cerita Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang Sigap Siapkan 1 Tas Penting untuk Dibawa Lari
Jakarta, tvOnenews.com - Kebakaran Depo Pertamina Plumpang pada Jumat 3 Maret 2023 bukan yang pertama kalinya terjadi.
Sebelumnya, Depo Pertamina Plumpang pernah mengalami kebakaran hebat pada Minggu malam, 18 Januari 2009 silam.
Hal inilah yang membuat warga yang tinggal di sekitar Depo Pertamina semakin merasakan trauma yang mendalam. Sebab, dua kali insiden kebakaran tersebut mengguncang psikologisnya.
Sita (39) warga yang tinggal di sekitar Depo Pertamina Plumpang, sekaligus yang juga menjadi korban kebakaran mengaku masih trauma berat dengan kejadian kebakaran pada malam hari itu.
Dia menceritakan, saat kejadian kebakaran pada 2009 silam, ia bersama keluarganya lari terbirit-birit menyelamatkan harta bendanya. Barang-barang yang masih sempat ia bawa, ia pikul dengan sekuat tenaga.
"Kalau kebakaran pas 2009 mah orang-orang pada bawa harta benda, segala kulkas, kasur, mesin cuci, kendaraan semua bisa dibawa," kata Sita, Kamis (9/3/2023).
Sita mengatakan, usai berlari sekuat tenaga hingga ke ujung jalan, ia mendapati informasi dari televisi bahwa kebakaran tersebut aman dan tidak akan menjalar hingga ke permukiman warga. Sebab, kebakaran itu hanya di dalam tangki BBM.
Mendengar informasi tersebut, Sita cukup merasa tenang. Namun, belum kembali secapatnya ke rumahnya. Ia bersama keluarga menenangkan diri dulu di rumah keluarganya yang dekat dari sana.
Akibat dari peristiwa tersebut, Sita masih memiliki trauma. Tetapi menjadi lebih antisipatif untuk menyelamatkan diri. Berjaga-jaga apabila insiden kebakaran tersebut kembali terjadi.
Dia mengatakan, ia bersama keluarganya menyiapkan barang berharga seperti dokumen Kartu Keluarga, Kartu Identitas dan dokumen penting lainnya di dalam satu tas ransel.
"Karena kejadian itu ya, kita mah jaga-jaga aja, namanya rumah belakang Depo begitu. Takut kejadian lagi, kita taro semua dokumen penting di satu tas," ucapnya.
Namun, berbeda dengan kebakaran hebat berapa hari yang lalu. Dia mengatakan, dirinya tak sempat membawa harta benda lainnya selain tas dokumen tersebut.
Terlebih, saat ini Sita memiliki bayi yang berusia belum genap 1 tahun. Ia berlari dengan menggendong bayi dan satu tas ransel. Sedangkan suaminya menggandeng dua anak lainnya.
Ternyata, kebakaran kali ini menyambar ke permukiman warga hingga merenggut belasan nyawa, dan puluhan lainnya luka-luka. Sita mengaku masih sangat trauma dengan kejadian itu.
Sekadar informasi, berdasarkan penelusuran Bareskrim Polri, kebakaran 2009 kala itu disebabkan oleh gesekan antara slot ukur dan alat pengambil sampel bahan bakar minyak (BBM), yang mengakibatkan percikan api menyambar bensin tangki nomor 24.
Akibat kebakaran itu, satu orang petugas keamanan meninggal, dan kerugian yang dialami Pertamina sekitar Rp 17 miliar.
Usai kejadian itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta PT Pertamina (Persero) menjaga standar keamanan dan keselamatan di kilang minyak.
Saat itu Jusuf Kalla juga meminta Pertamina segera membebaskan lahan di sekitar depo. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga mengusulkan zona penyangga dengan jarak 50 meter antara depo dan permukiman.
Meski demikian, proses pembebasan lahan dan pembangunan zona penyangga justru tidak ada kejelasannya. (rpi/ebs)