- Tim Tvone-Christ Belseran
Permukaan Laut di Perairan Ambon seperti Terbelah dan Berlubang, Berikut Penjelasan Ahli Oseonografi
Ambon, tvOnenews.com - Fenomena laut terbelah di Ambon, Ahli Oseanografi Fisika, bidang pemodelan oseanografi fisika (untuk gerak air alut dan sedimentasi), Dr.Yunita A. Noya, terhadap fenomena yang terjadi menjelaskan tepatnya di sekitar Jembatan Merah Putih (JMP) atau Ambang Poka - Galala merupakan ambang (sill) berbentuk selat sempit dan dangkal, di mana ambang tersebut merupakan penghubung antara Teluk Ambon Luar (TAL) dan Teluk Ambon Dalam (TAD).
“Saat kejadian arus terbelah tadi siang (pukul 13.00 – 15.00), kondisi perairan sedang menuju pasang,” jelasnya.
Secara teori, menurut spesifikasi Doktor yang mebidangi pemodelan oseanografi fisika Unpatti ini, pola arus yang terjadi di sekitar JMP merupakan pola arus pasang surut (Arus Pasut), yaitu arus yang disebabkan oleh pasang surut (Pasut).
Dikatakan, mekanisme gerak air menuju pasang pada Teluk Ambon, secara teoritis adalah arus (aliran massa air) dari TAL bergerak masuk menuju ke TAD. Karena kondisi perairan menuju pasang sehingga menyebabkan kecepatan aliran masuk yang masuk ke TAD cukup maksimum.
“Berdasarkan pengamatan masyarakat nelayan, yang mana melihat adanya Kapal TNI-AL melewati JMP dan setelah itu menyebabkan terjadinya pola arus (seperti ada pusaran di bagian kiri dan kanan) serta membentuk garis (seperti air terbelah). Untuk menjelaskan pola aliran arus demikian, maka Kapal TNI-AL
yang lewat tadi, dapat menyebabkan gerakan aliran (seperti arus) akibat gaya eksternal,” pungkasnya.
Pola aliran (arus) akibat gaya eksternal, menurut dosen Oseonografi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unaptti ini, jika bertemu dengan pola arus pasag surut, pada perairan dengan topografi seperti ambang (JMP) dapat meghasilkan pola arus turbulen skala kecil. Pola arus turbulen (eddys) dalam skala yang kecil disebut sebagai Wake.
Istilah wake (eddys), dijelaskan merupakan aliran laminar yang berubah menjadi aliran turbulen dan ditandai dengan pusaran (eddys) ganda atau lebih. Perubahan aliran laminar menjadi aliran wake,disebabkan aliran laminar melewati/terlewati oleh suatu padatan massa (seperti pulau atau bisa saja kapal).
Jadi, terkait dengan proses arus yang memiliki 2 pusaran dengan garis membelah di sekitar JMP (arah ke TAL) dari sisi keilmuan oseonografi menurut doctor bidang gerak air alut dan sedimentasi adalah Pola arus yang melewati JMP adalah pola arus Pasut (yang idealnya laminar), dimana JMP atau disekitar ambang Poka-Galala memiliki topografi yang sempit dan dangkal. Atau dengan kata lain, pada area terjadinya arus tersebut, arah area dengan topografi yang mulai mendangkal (bahasa Ambonnya dekat tubir).
Hal ini, kata Noya, menyebabkan kecepatan aliran dengan pola laminar (arus pasut) cukup kuat(mendekati maksimum), dan ditambah dengan aliran akibat gaya eksternal (dampak kapal TNI-AL) yang lewat maka pola arus pasut yang tadinya laminar, berubah menjadi pola aliran turbulen atau Wake.
Hal ini dikarenakan aliran dengan kecepatan yang cukup maksimum ditambah gerakan gaya eksternal dan melewati area yang semakin mendangkal.
Turbulen atau Wake tadi membentuk pusaran pada sisi kiri dan kanan, serta garis tengah yang seperti terbelah itu merupakan dampak dari pusaran aliran yang berada pada batas topografi area tubir (batas antara area dalam dan dangkal).
“Dengan kata lain ujung garis aliran turbulen (WAKE) pada sisi kiri dan kanan, saling berkaitan satu sama lain, dan membentuk garis lurus (air seperti terbelah),” pungkas ahli Oseonografi Fisika, spesifikasi Doktor yaitu bidang pemodelan oseanografi fisika (untuk gerak air alut dan sedimentasi).(cbt/ask)