- Tim Tvone-Tovik Koban
Miris! Puluhan Tahun Siswa SD di NTT Harus Seberangi Sungai Demi ke Sekolah
Ende, Nusa Tenggara Timur - Tak ada jembatan sejak Indonesia Merdeka, puluhan siswa Sekolah Dasar Inpres Niosanggo, desa Fatur Atu Timur, Kecamatan Wewaria yang berada di Pedalaman Kabupaten Ende, Nusa Tenggara timur, harus bertaruh nyawa melintasi sungai Lewolaka yang memiliki lebar sejauh 90 meter, untuk bisa pergi dan pulang sekolah.
"Setiap hari ya para siswa harus melewati sungai ini. Karena tidak ada jembatan maupun jalan alternativ agar bisa pergi dan pulang selolah," ungkap Felix Ve, Kepala Sekolah SDI Niosangga, kepada tvonenews.com, Selasa (01/3/2022) pagi.
Sambil menenteng sandal jepit dan sedikit mengangkat pakaian mereka, para siswa harus melewati derasnya air sungai yang dipenuhi bebatuan. Meski sudah bersusah payah, tak jarang pakaian sebagian siswa tetap basah terkena air sungai. Sebagian siswa juga terpaksa harus digendong oleh gurunya.
Dikatakan Felix, siswa-siswi SDI Niosanggo yang terpaksa bertaruh nyawa demi ke sekolah ini, merupakan anak-anak tinggal di dusun Detudena dan dusun Wolowuwu yang hingga kini masih terisolir dan minim pembangunan infrastuktur jalan.
"Kondisi ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam. Dan agar bisa menyeberang, sejumlah guru, orang tua maupun aparat desa, setiap pagi harus sudah berada di pinggir sungai untuk membantu dan menjaga keamanan siswa saat menyeberang sungai," kata Felix.
Jika terjadi hujan terus menerus disertai banjir bandang, lanjut Felix, aktivitas belajar mengajar di sekolah pun dihentikan hingga cuaca membaik. Namun agar anak-anak tidak ketinggalan materi pelajaran, pihak sekolah terpaksa menerapkan sistem belajar kelompok melului program gong belajar desa.
"Saat musih hujan atau banjir, otomatis sekolah terpaksa diliburkan. Namun agar anak-anak tidak ketinggalan materi pelajaran, kita terapkan sistem belajar kelompok saat malam hari dan para guru diwajibkan untuk mengawasinya," paparnya.
Sejumlah siswa SDI Niosanggo pun meminta kiranya presiden Jokowi bisa mendengar dan melihat kondisi para siswa berjuang demi menggapai cita meski harus bertaruh nyawa melawan arus sungai.
"Bapak Jokowi tolong bangun kami jembatan. Kami sudah jenuh harus melewati arus sungai setiap hari," pintah para siswa SDI Niosanggo.
Sementara itu, Kepala Desa Fata Atu Timur, Isak Abel Do mengatakan, apa yang dialami para siswa dan guru menjadi perhatian serius pemerintah Desa dengan terus mengusulkan pembangunan jembatan melalui musrengbang tingkat Desa hingga kabupaten.
"Setiap tahun kita angkat persolanan ini di tengkat Desa hingga kabupaten. Namun apa yang menjadi harapan belum juga bisa terwujud. Akibatnya siswa dan guru pun harus bertaruh nyawa lewati sungai hingga saat ini," tegas Isak Do.
Isak pun berharap, pemerintah pusat bisa melirik mata melihat kondisi yang terjadi dengan membangun jembatan.
"Kami di desa hanya mampu membuat akses jalan dengan menggunakan dana desa. Sementara untuk jembatan kami tidak bisa karena keterbatasan dana desa. Besar harapan agar Pak Jokowi pun bisa mendengarkan keluhan kami di pelosok," pintanya. (Tovik Koban/Ask)