- andi wahyudi
Gunakan Air Sumur Untuk Minum, Oknum Kepala Desa di Jeneponto Diduga Keroyok Warganya Sendiri
Jeneponto, tvOnenews.com - Sebuah video yang memperlihatkan seorang pria paruh baya mengaku telah menjadi korban pengeroyokan yang diduga dilakukan oleh Kepala Desa Tombo-tombolo, Jamaluddin cs, beredar di sosial media.
"Saya hanya ambil air di sumur untuk minum lalu saya dipukul," jelas korban dalam bahasa Makassar.
Dalam video berdurasi 28 detik yang beredar di media sosial Tiktok dan di Grup WhatsApp nampak korban tengah diwawancarai. Pria paruh baya itu mengaku bernama Bakkasa Daeng Raja, warga Dusun Balipolea, Desa Tombo-tombolo, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto.
Ia mengaku telah dikeroyok oleh Kepala Desa Tombo-tombolo Jamaluddin cs. Saat ditanya penyebab ia dipukul, korban mengaku hendak mengambil air di sumur miliknya untuk minum.
"A'ngallea jenne jore bungunga Karaeng ka eroka a'nginung nana bajjia (Saya ambil air di sumur karena saya mau minum dan saya dipukul. Itu sumur Nakke pata (itu sumur saya yang punya)," ucap pria paruh baya itu dalam bahasa kesehariannya.
Akibat aksi premanisme itu, pria berusia 58 tahun ini pun mengalami luka pada bagian wajah, bengkak pada bagian pinggang dan luka gores dibagian lengan kirinya.
Korban yang tak terima dengan tindakan itu pun, melaporkan insiden tersebut ke Polsek Bangkala.
"Terkait semuanya telah kita tangani dan kita juga sudah melakukan intervensi saksi- saksi. Baik warga sebagai pelapor terkait pengrusakan dan penganiayaan terhadap dirinya sementara kita lakukan interogasi dan penyelidikan dilapangan," kata Kapolsek Bangkala Iptu Kaharuddin, Kamis (10/8/2023).
Iptu Kaharuddin menjelaskan, buntut insiden pengeroyokan ini terjadi lantaran korban diduga merusak fasilitas perpipaan air yang mengalir ke rumah warga.
Setelah pengrusakan terjadi, Sang Kades dan kawan-kawannya yang sudah naik pitam langsung mendatangi korban dan menghajarnya hingga babak belur.
"Pemilik adalah pemerintah, jadi disana itu adalah fasilitas umum dan disitu dugaan pengrusakan dan penganiaayan korban," ungkap Kaharuddin.
Meski begitu, pihaknya hingga kini belum berani memastikan hal tersebut. Sebab, pemeriksaan saksi-saksi dan alat bukti yang ada belum rampung.
Namun jika menelisik dari laporan polisi, lanjutnya Kaharuddin, korban dianiaya lebih dari satu orang.
"Saya lihat di LP Lebih dari satu orang. Ya dugaan memang pengeroyokan seperti itu karena lebih dari satu orang pelaku namun itu harus difaktakan melalui hasil penyelidikan," katanya.
Sementara itu, korban Bakkasa Daeng Raja menuturkan jika fasilitas umum (sumur) tersebut merupakan lokasinya yang dikuasai oleh sang kades.
"Injo jore injo bungunga, bungungku, najamai pak desa nampa natongkoki nakoncii, kukana teaki koncii ka nakke punna eroka angnginung kanjo tomma injo ngalle je'ne ka bellai ballaka. (Jadi itu sumur adalah sumurku, pak desa yang kerja lalu digembok, saya sudah bilang jangan dikunci karena kalau saya kehausan pasti saya mau minum disitu," ucap korban yang tak fasih berbahasa indonesia ini.
(awi/asm)