- tvOnenews.com - Julio Saputra
Presiden Pakai Baju Adat Tanimbar saat Sidang Tahunan MPR-DPR RI, Ini Penjelasan Akademisi dan Budayawan Maluku
Dijelaskan, Duan Lolat merupakan struktur adat yang mengikat, karena merupakan eksitensi dan identitas masyarakat (orang) suku Tanimbar.
Koritelu juga menekankan bahwa Duan adalah jelmaan Tuhan ke dua di dunia, dan yang menerima bakan itu adalah Lolat. Lolat sendiri merupakan pihak yang menerima anak darah dalam sistem perkawianan. Sementara Duan adalah pihak yang mengkontribusikan anak darah atau anak perawan di dalam satu sistem adat pernikahan Tanimbar. Sehingga menenun adalah manifestasi dari laboratorium sosial seorang gadis sebelum masuk pada jenajang rumah tangga.
Soal busana yang dikenakan Kepala Negara, Akademisi Universitas Pattimura Ambon ini menegaskan bahwa itu adalah busana kain tenun (Bakan) Mnanat yaitu Bakan tertua atau terlama yang hanya dipakai oleh paraduan besar dan merupakan tenun ikat tertua nomor dua di dunia setelah tenun ikat milik kebudayaan Afrika Selatan.
Sehingga dalam praktiknya, pungkasnya, jika ada pengalungan kain tenun Bakan/Tais merupakan simbol perlindungan dan pengayoman dari Duan kepada Lolat, sehingga dimana pun berada, bulan tidak akan menyakitkan di waktu malam dan matahari tidak akan menyakiti di siang hari. Di situlah sakralitasnya.
Sehingga apa yang dikenakan Presiden RI, Joko Widodo merupakan sebuah kebanggaan orang Tanimbar.
"Apa dan siapakah Tanimbar itu sehingga pakaian adatnya merepresentasikan penampilan seorang presiden?
Dikaitkan dengan sejarah hadirnya Kain Tenun (Bakan/Tais- red) Putra Tanimbar ini menerangkan sebelum manusia berbusana, yang saat itu hanya mengenakan kulit kayu dan dedaunan dalam bentuk cawat atau hanya menutup kelamin, Kain Tenun tentunya melalui proses panjang yang dimulai ari anyaman daun lontar, kemudian berpindah pada penggunaan kapas, yang dianyam menjadi benang hingga kemudian dirajut dengan alat untuk menjadi lembaran kain yang lebarnya sesuai keinginan dari sang perajut.