- Irwansyah
Menelusuri Keindahan Destinasi Sarkofagus dan Gua Purbakala di Sumbawa
Sumbawa, tvOnenews.com - Sumbawa selama ini dikenal dengan pesona wisata lautnya yang memukau. Namun, selain keindahan bahari, Sumbawa juga memiliki destinasi wisata budaya bersejarah yang tak kalah menarik, yaitu Sarkofagus.
Sarkofagus adalah situs purbakala berusia ribuan tahun yang diyakini sebagai perkampungan dan pemakaman kuno di Sumbawa. Lokasi ini berada di Desa Batu Tering, Kecamatan Moyo Hulu, sekitar 5 kilometer perjalanan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat ke kawasan perbukitan yang terletak di kawasan Ai Renung, Desa Batu Tering.
Perjalanan ke Sarkofagus tidaklah mudah, dengan jalan berbatu dan tanjakan terjal. Namun, rasa lelah pengunjung akan terbayar setelah tiba di lokasi. Di sini, wisatawan dapat melihat langsung sarkofagus atau kubur batu yang dihiasi dengan ukiran di bagian dindingnya.
Bagian dinding batu sarkofagus memiliki ukiran seperti biawak, kepala, dan relief manusia, menjadikan lokasi ini sebagai tempat berfoto yang menarik bagi para pengunjung.
"Terdapat lima lokasi kubur batu di kawasan Ai Renung Batu Tering, semuanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki dari satu situs ke situs lainnya," kata Budayawan Sumbawa, Aries Zulkarnaen, Senin (06/11/2023).
Di situs ke-5, yang dinamakan Situs Pamanto oleh juru pelihara, pengunjung dapat melihat jejeran bukit, hamparan sawah, desa-desa di Moyo Hulu, serta bendungan batu Bulan.
"Kabupaten Sumbawa memiliki 7 situs purbakala, semuanya terletak di Moyo Hulu. Selain Ai Renung, ada juga Situs Raboran di Desa Sebasang dan tiga situs di Kuang Amo," katanya.
Kuburan Batu yang dikategorikan batu sarkofagus ini memiliki pahatan dengan lambang wajah manusia yang diartikan untuk mencegah dari mara bahaya.
"Pahatan buaya yang diartikan masyarakat setempat sebagai media berdialog dengan leluhur," ungkapnya.
Sementara itu, menurut arkeolog, Putri Husnul Inayah, Situs Sarkofagus Ai Renung merupakan yang terlengkap dan sangat baik untuk mempelajari budaya masa lalu.
"Situs ini ditemukan oleh petani pada tahun 1963, dan hasil penelitian tim BRIN mengindikasikan bahwa ini adalah lokasi permukiman dan penguburan zaman purba. Sarkofagus ini diperkirakan berusia sekitar 2000 tahun sebelum Masehi," kata Putri.
Selain itu, lanjut Putri, Sarkofagus ini sangat tepat untuk potensi wisata karena bisa mempelajari budaya masa lalu.
"Dari potensi yang besar tentu ada banyak resiko terkait perubahan iklim, dan perubahan bentang alam ke depan yang bisa mengubah bentuk sarkofagus ini. Tentu ini menjadi PR besar bagi pemerintah daerah untuk melestarikan ke depan," imbuh Putri.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Sumbawa, Iskandar, mengatakan sesuai dengan undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya bahwa pemerintah berkewajiban untuk perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan.
Menurutnya, perlindungan itu bisa saja menjadikan kawasan ini menjadi satu zonasi artinya bagaimana agar situs tidak rusak, tidak hilang dan tidak musnah.
"Lokasi ini nanti menjadi objek penelitian dan kajian-kajian bagi para mahasiswa dosen dan lembaga terkait seperti Badan Riset Nasional (BRIN) untuk penelitian lebih lanjut," ungkapnya.
"Di Sumbawa, ada 60 situs cagar budaya yang sudah diusulkan masyarakat. Selama dua tahun kami sudah tetapkan tujuh cagar budaya pada 2022 dan 5 pada 2023," pungkasnya.
Pariadi, salah seorang wisatawan mengaku, terpukau dengan bentuk sarkofagus serta ukiran ukiran yang ada. Ini adalah pengalam pertama ke lokasi ini.
"Bagus sekali sarkofagusnya. Kemudian guanya juga luas sekali sepertinya pernah menjadi tempat tinggal zaman dahulu. Ini akan saya ceritakan kepada teman dan keluarga nanti," katanya.
Ditambahkan, dari penjelasan petugas dan arkeolog, bahwa sarkofagus ini usianya lebih tua dari Borobudur.
"Ini luar biasa sekali. Pemerintah harus merawatnya. Dan kepada pemerintah agar segera memperbaiki jalan akses ke lokasi," pungkasnya. (Irw/frd)