- Jamil Azali
Parade Budaya Suku Bajau Meriahkan Konferensi Internasional SeaBRnet ke 15 di Wakatobi
Wakatobi, tvOnenews.com - Parade budaya masyarakat adat suku Bajau meriahkan Konferensi Internasioanal Perhimpunan Cagar Biosfer Asia Tenggara atau Southeast Asian Biosphere Reserves Network (SeaBRnet) ke 15 yang di selenggarakan di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Sebanyak 500 perahu hias dalam parade budaya masyarakat adat suku Bajau memadati perairan di pelabuhan Punggululebo di Kabupaten Wakatobi, Rabu (1/5/2024). Masyarakat adat suku Bajau dari sejumlah desa di Wakatobi menampilkan berbagai atraksi budaya di atas perahu yang menjadi ciri khas suku Bajau.
Berbagai atraksi budaya yang ditampilkan diantaranya tarian-tarian oleh para gadis suku bajau yang tampil dengan polesan bedak pulur yang menjadi tradisi kaum perempuan suku Bajau, ada juga atraksi silat yang diperagakan kaum pria suku Bajau. Masyarakat suku Bajau terkenal sebagai pelaut ulung dengan berbagai budayanya yang unik.
Menurut ketua panitia kegiatan, Surni, kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan budaya masyarakat adat suku bajau yang saat ini hampir punah. Olehnya itu kata Surni, kerukunan masyarakat adat suku Bajau yang ada di Wakatobi berinisiatif mengadakan kegiatan tersebut sekaligus turut memeriahkan event internasional SeaBRnet ke 15 di Wakatobi.
"Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan budaya suku Bajau yang kini sudah hampir punah, kegiatan ini terselenggara atas dukungan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah Kabupaten Wakatobi dan seluruh masyarakat Bajau Wakatobi dan tentunya sebagai bentuk dukungan terhadap cagar biosfer di Wakatobi," terang Surni.
Konferensi internasioanal perhimpunan cagar biosfer Asia Tenggara SeaBRnet ke 15 yang digelar di Wakatobi diikuti 273 peserta, 13 peserta merupakan perwakilan dari delapan negara di Asia Tenggara yaitu Kamboja, Vetnam, Malaysia, Philipina, Australia, Timor Leste dan Jepang. Seperti diketahui Wakatobi memiliki taman nasional laut yang telah diakui sebagai cagar biosfer dunia oleh UNESCO. (jai/frd)