- Jamil Azali
Heboh Aksi Personil TNI Diduga Angkut Paksa Meriam Peninggalan Kesultanan Buton, Ini Kata Dandim
Baubau, tvOnenews.com - Beredar video sejumlah personil TNI dari Kodim 1413 Buton diduga mengangkut paksa meriam peninggalan Kesultanan Buton yang tersimpan di salah satu situs sejarah di halaman masjid di Kelurahan Kadolomoko, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Video tersebut viral hingga membuat heboh warga dan tokoh-tokoh adat Kesultanan Buton.
Dalam video tersebut terlihat sejumlah aparat berseragam TNI sibuk mengangkut dua buah meriam dengan menggunakan dua alat berat, meriam peninggalan Kesultanan Buton tersebut kemudian dibawa ke markas Kodim 1413 Buton. Kegiatan pengangkutan meriam tersebut diduga tidak mengantongi izin dari pemerintah Kota Baubau meskipun sebelumnya pihak kodim mengaku telah melayangkan surat permintaan ke pemerintah setempat namun belum mendapat balasan atau jawaban resmi.
Sebelumnya beredar di media sosial informasi rencana pembangunan markas Korem yang membutuhkan delapan meriam untuk menghiasi gerbang markas Korem yang disebut berada di luar wilayah Kota Baubau. Namun hal ini dibantah Dandim 1413 Buton, Letkol Inf Ketut Janji, menurutnya meriam yang diangkut tersebut hanya meriam yang dianggap terbengkalai, hal ini bertujuan untuk diamankan dan dirawat agar tidak rusak.
"Sebelumnya kami sudah menyampaikan ke pemerintah daerah dan kami sudah menyurat juga, kami mengambil meriam itu bukan yang sudah terpasang tapi yang terbengkalai yang tempat-tempatnya di sampah kami mau amankan dan kami kumpulkan di kodim, Kami tidak membawa meriam ini kemana-mana jadi informasi yang beredar itu salah dan tidak ada pembangunan apa-apa," ungkap Ketut Janji, saat dikonfirmasi di markas Kodim 1413 Buton, Rabu (10/7/2024).
Pria berpangkat Letkol ini menambahkan jika tindakan yang dilakukan terkait pengambilan meriam juga disaksikan langsung pemerintah kecamatan dan Pj Sekda Kota Baubau, La Ode Fasikin dan warga setempat. Namun kata Dandim, jika hal itu tidak diterima masyarakat maka pihaknya juga dengan senang hati akan mengembalikan meriam-meriam tersebut ke tempat asalnya.
"Kami hanya perhatian saja karena barang-barang itu berada di tempat yang tidak selayaknya makanya kami amankan kami rawat kami bersihkan, kami juga waktu ambil meriam itu ada pak camat pak sekda, semua juga ada, kami tidak ambil sendirian begitu saja kami tau aturan namun apa bila masyarakat tidak menerima itu ya kami akan kembalikan tidak masalah, kami sangat menghargai adat, "pungkasnya.
Tindakan pengangkutan meriam inipun mendapat penolakan keras dari berbagai lapisan masyarakat Kota Baubau salah satunya tokoh adat Kesultanan Buton, La Ode Kariu yang bergelar adat Yarona Lakina Agama (Pemuka Agama). Menurut La Ode Kariu, meriam tersebut merupakan peninggalan Kesultanan Buton yang bernilai sejarah yang tidak boleh dipindahkan dari tempat asalnya. La Ode Kariu juga membantah bahwa meriam yang diambil personil TNI tersebut dalam kondisi terbengkalai.
"Itu keliru kalau dikatakan terbengkalai karena para perangkat masjid sangat memelihara meriam-meriam itu, posisinya berada disitu karena masjid masih direnovasi jadi dipindahkan sementara itukan ada tempat-tempatnya meriam itu, "ujar La Ode Kariu saat ditemui di kediamannya yang berdekatan dengan lokasi pengambilan meriam.
La Ode Kariu juga menjelaskan sejarah singkat keberadaan meriam di halaman Masjid Babussalam Kadolomoko. Diketahui lokasi meriam tersebut merupakan bekas gudang rempah-rempah yang dilengkapi dengan benteng kecil atau loji di masa Kesultanan Buton. Loji tersebut berfungsi untuk menjaga keamanan wilayah dari gangguan bajak laut.
"Itu disebut Loji ada gudang rempah-rempah, jadi dulu itu rempah-rempah yang didatangkan dari wilayah Indonesia timur seperti Maluku ditampung di gudang itu sebelum dikirim lagi ke daerah jawa jadi loji itu untuk menjaga dari gangguan bajak laut, harapan saya meriam itu dikembalikan pada tempatnya, "kata La Ode Kariu.
Sejauh ini sudah ada tiga meriam yang sudah diambil dan diamankan di markas Kodim 1413 Buton, meskipun kondisi meriam yang berusia ratusan tahun tersebut sudah terlihat keropos namun baik masyarakat maupun lembaga adat Kesultanan Buton dan pemerintah setempat berharap meriam tersebut dapat dikembalikan ke tempat asalnya. (jai/