- aris munandar
TvOne Berikan Bantuan Dana Kepada Siswa di Bone Yang Harus Berjalan Kaki Lima Jam Untuk Kesekolah
Bone, Sulawesi Selatan – Sebuah kisah pilu menggambarkan perjuangan keras demi mengejar cita-cita, bocah siswa SD di Kabupaten Bone, yang merupakan kakak beradik Yudding (12) dan Nursabbi (11), mereka rela menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 7 (tujuh) kilometer, dengan berjalan kaki melewati hutan belantara setiap harinya.
Bantuan dana dari tvOne untuk kedua siswa ini, diserahkan melalui kepala Desa Tapong, disekolahnya SD INPRES 5/81 desa Tapong Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Bone Sulawesi Selatan.
Bantuan dana untuk Yudding dan Nursabbi bocah warga lereng Gunung Camara, Desa Tapong, Kecamatan Tellulimpoe, diharapakan dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya.
"Selain Yudding dan Nursabbi Ada 2 orang siswa lagi dari dekat lokasi mereka yang juga berjalan kaki setiap hari ke sekolah. Biasanya mereka berangkat jam 2 atau jam 3 subuh untuk sampai tepat waktu di sekolah, saya selaku Kepala Desa Tapong sangat berterimah kasih atas batuan dana dari tvOne untuk siswa-siswi kami," ujar Ridwan, Kepala Desa Tapong, Minggu (26/6/2022).
Hampir setiap hari Yudding dan Nursabbi serta dua rekan lainnya harus menempuh jarak sejauh kurang lebih tujuh Kilometer agar bisa tiba di sekolah, sehingga mau tak mau mereka harus berangkat pukul dua atau pukul tiga subuh.
Ridwan mengatakan Yudding dan 3 orang lainnya sudah terbiasa membawa senjata tajam berupa parang saat tengah melakukan perjalanan menuju ke sekolah. Demi menjaga diri lantaran tidak jarang mereka menemui hewan buas seperti ular piton yang sewaktu-waktu bisa menyerang dan melukai mereka.
"Demi keamanan mereka harus bawa parang untuk jaga-jaga dari serangan binatang buas ditengah hutan seperti ular," kata Ridwan.
Kades Tapong ini juga menjelaskan akses jalan dari lereng gunung menuju ke sekolah, tidak hanya jauh, namun medannya juga tergolong ekstrim, kendaraan roda empat bahkan roda dua pun tidak bisa melewati jalan tersebut.
"Akses kendaraan sangat sulit, karena lereng pegunungan. Saat ini masih sementara saya rintis untuk jalannya," sambung Ridwan.
Sementara itu, Kepala SD Inpres 5/81 Tapong Saharudding menuturkan juga bahwa ada empat orang siswanya berasal dari lereng gunung. Namun memang yudding dan nursabbi merupakan siswa yang paling jauh jarak rumah mereka kesekolah. Diakui olehnya Keempat siswa-siswi ini diberikan toleransi apabila mereka tiba-tiba tidak masuk sekolah.
"Memang itu jauh sekali tempatnya dari sekolah. Paling rajin kalau datang 4 kali seminggu, karena kalau hujan banyak sekali sungai dilewati. Dimaklumi saja," kata Kepala sekolah SD Inpres 5/81 Tapong.
Hingga saat ini pihak Pemerintah Desa Tapong terus mengupayakan solusi seperti mengusulkan kelas jauh bagi para siswa seperting Yudding dan Nursabbi tersebut, namun hingga kini belum menemui titik terang.
Kisah Yudding dan Nursabbi hanyalah segelintir dari banyaknya anak-anak yang harus berjuang keras demi pendidikan untuk mengejar cita-cita kelak. Namun tentunya semangat luar biasa ditunjukkan oleh kedua siswa ini dalam menimba ilmu, meski harus menempuh perjalanan yang jauh dan berbahaya.
(adr/asm)