- Tim Tvone/Romulo
Permintaan "Alame" Oleh - Oleh Khas Lebaran Mandailing Natal Melonjak Drastis, Begini Cara Membuatnya
Mandailing Natal, tvOnenews.com - Mendekati Hari Raya Idul Fitri, permintaan "Alame" atau dodol khas Mandailing Natal (Madina) meningkat drastis. Setiap musim mudik, Alame selalu menjadi primadona karena bisa dibawa kemana saja tanpa khawatir akan rusak atau basi. Meski tanpa pengawet, penganan berbahan baku tepung ketan tersebut tahan hingga enam bulan.
Salah satu daerah pengrajin Alame di Kabupaten Madina terdapat di kelurahan Kota Siantar Panyabungan. Terdapat belasan pengrajin di daerah tersebut dengan mempekerjakan puluhan ibu ibu rumah tangga.
Jelang Lebaran, permintaan Alame terus meningkat memaksa para pengrajin lebih giat melakukan produksi.
Salah satu pengrajin Alame, Masitoh, mengungkapkan, setiap jelang lebaran, permintaan Alame terus meningkat karena banyak dipesan untuk keperluan oleh-oleh.
"Alame" Dodol Khas Mandailing Natal
"Jelang Lebaran semakin sibuk, dibantu tetangga. Biasanya produksi 80 hingga 100 bungkus, saat ini sudah 120 lebih. Masih terus meningkat, apalagi nanti sesudah sholat Idul Fitri, banyak yang minta yang baru, mudah-mudahan banyak yang mudik tahun ini,” harap Masitoh.
Masitoh menambahkan, Alame selalu menjadi oleh-oleh favorit bagi pemudik, selain makanan khas daerah Madina, penganan tersebut sangat cocok untuk dibawa perjalanan jauh karena tahan selama berbulan bulan.
"Dari dulu Alame selalu menjadi ciri khas daerah, biasanya sebuah keluarga besar akan membuat Alame jelang lebaran dengan maksud Alame tersebut akan diberikan bagi keluarga yang akan kembali ke perantauan atau dititipkan kepada keluarga yang tidak bisa mudik,” terang Masitoh.
Pada dasarnya, penganan tersebut hampir sama dengan dodol. Bahan baku utamanya adalah tepung ketan, gula aren dan santan.
Yang membedakannya adalah perlakuan saat memasak. Pembuatan Alame di Madina masih sangat tradisional yaitu masih menggunakan kayu bakar dan tungku.
Untuk memasak Alame tersebut dibutuhkan waktu sekitar tujuh jam. Hal ini membuat Alame bisa tahan hingga enam bulan meski tanpa pengawet.
Setelah campuran tepung ketan, gula merah (aren) dan santan mulai mendidih dan mengental, proses masaknya dilanjutkan dengan tanpa nyala api.
Proses pematang hanya menggunakan bara api seperti memanggang agar Alame tersebut matang secara sempurna dan tidak gosong.
Selama proses pematangan, adonan tersebut harus diaduk,bahkan hingga dua orang karena menjelang matang adonan semakin kental sehingga sulit untuk diaduk.
Adonan yang sudah mengental selanjutnya didinginkan dan kemudian dimasukkan kedalam kemasan yang terbuat dari anyaman pandan.
Rasa manis gula aren berpadu dengan aroma kemasan dari pandan menjadi cita rasa tersendiri Alame tersebut sehingga berbeda dengan dodol.
Saat ini sudah banyak masyarakat lebih memilih yang praktis dengan membeli dodol tersebut pada pengrajin. Untuk satu bungkus Alame dengan berat sekitar 250 gram dijual dengan harga Rp 10.000.(rsr/lno)