- Tim TvOne/ Gustina
Film "Perik Sidua-dua" Angkat Budaya dan Keindahan Alam Karo ke Layar Lebar, Menyongsong Peningkatan Pariwisata dan Ekonomi Daerah
Medan, tvOnenews.com - Anak-anak daerah yang mencintai budaya dan keindahan alamnya diapresiasi melalui film yang mengangkat banyak tema, terutama percintaan antarbangsa, kesetiaan, pariwisata, kebudayaan, dan pertanian di Sumatera Utara, khususnya di Kabupaten Karo.
Film ini bercerita tentang perempuan Karo bernama Sijilena, yang sejak awal bercita-cita menjadi guide, namun ditentang oleh keluarganya karena pekerjaan tersebut dianggap tabu. Namun, akhirnya cita-citanya terwujud.
Cita-citanya tercapai setelah tantenya yang merupakan seorang pengusaha komoditas memintanya menemani seorang pria asing yang ingin melihat dampak erupsi Gunung Sinabung di Karo. Akhirnya, mereka berdua membuka usaha travel. Namun, usaha mereka terhenti karena pandemi COVID-19 dan sang pria asing kembali ke negaranya.
Perpisahan itu memunculkan kerinduan dan kasih sayang antara keduanya, tetapi banyak hambatan dari keluarga yang menginginkan agar mereka menikah dengan saudara (pariban).
"Film ini telah dipromosikan dan melakukan proses casting pemain serta pencarian lokasi syuting melalui program Tour The Karo Volcano Park di berbagai wilayah wisata dari Desember 2022 hingga April 2023. Produksi film layar lebar ini dimulai pada 2 Juni hingga 16 Juli 2023," ujar produser film "Perik Sidua-dua," Benson Adi Saputra Kaban, di Medan, pada Kamis (1/6/2023).
Film ini disutradarai oleh Agus Susilo dan diperkirakan akan memakan waktu sekitar 21 hari kerja untuk syuting di berbagai lokasi di dataran Tinggi Karo, kawasan Sipituhuta, Tongging, dan Kota Medan. Pariatografi Teater digelar untuk memastikan bahwa para aktor dalam film "Perik Sidua-dua" dilatih dengan dasar-dasar teater.
Ada proses penggabungan metode dan cara kerja antara sinema dan teater dalam produksi film ini.
"Berdasarkan jadwal pra-produksi dan produksi, kami siap dan akan segera memulai pengambilan gambar pada 2 Juni 2023," kata Benson.
Menurut Benson, persiapan dan dukungan dari berbagai pihak terhadap produksi "Perik Sidua-dua" sudah maksimal. Antusiasme dan dukungan sudah sangat besar. Tur dan pemilihan lokasi serta casting pemain diikuti oleh banyak peserta dari Aceh, Serdang Bedagai, Karo, Deli Serdang, Langkat, Binjai, Medan, Siantar, dan Tebing Tinggi, yang meningkatkan rasa percaya diri dan kematangan tim produksi untuk memulai film "Perik Sidua-dua".
Film ini, sutradara, produser, dan para pemain lokal diharapkan dapat membangkitkan kerinduan penonton bioskop terhadap film-film Indonesia dan memperkenalkan kebudayaan, terutama bagi warga suku Karo yang diperkirakan berjumlah sekitar 2,5 juta orang.
Seluruh aktor utama dan pendukung dalam film ini diperankan oleh wajah-wajah baru yang merupakan bibit lokal potensial dan telah menjalani pelatihan intensif oleh Teater Rumah Mata. "Ini adalah film bioskop pertama yang diproduksi oleh Rumah Produksi Gegeh Persada Film, tetapi ada juga film pendek tentang Asal Muasal Puteri Hijau yang sudah diproduksi bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga," ujarnya.
Sutradara "Perik Sidua-dua," Agus Susilo, menyatakan bahwa mereka sudah siap untuk memulai produksi film layar lebar pada awal Juni ini.
"Insya Allah, seluruh kru dan tim sudah dalam performa terbaiknya," ujar Agus, yang juga dikenal sebagai pendiri Teater Rumah Mata.
"Film ini akan menjadi tonggak baru dalam industri perfilman daerah, khususnya di Karo. Kami memanfaatkan dan memaksimalkan potensi lokal yang memiliki kualitas tidak kalah dengan yang lainnya. Mereka telah melalui pelatihan yang intensif," kata Agus.
Menurut Agus, penggarapan film "Perik Sidua-dua" menjadi istimewa karena 80 persen tenaga kerja yang terlibat merupakan anak-anak daerah.
Eksekutif produser, Iwa Brahmana, menyatakan bahwa dampak dari penayangan film "Perik Sidua-dua" akan meluas ke sektor pariwisata alam, pertanian, budaya, dan juga akan merangsang produksi film-film lokal untuk mempromosikan keunikan dan kekhasan daerahnya.
Caranya adalah dengan mengemas promosi desa atau lokasi syuting menjadi salah satu tujuan wisatawan, sambil memperkenalkan kekayaan alam dan budayanya, sejalan dengan upaya peningkatan ekonomi daerah-daerah yang selama ini terabaikan," tutupnya.
(sgh/fna)