- Tim TvOne/Zulfahmi
Telur Tembus Rp 57.000 dan Daging Ayam Rp 40.000, Pedagang: Naik Begini Masyarakat Ya Makan Tahu Tempe
Medan, tvOnenews.com - Menjelang Hari Raya Idul Adha, harga daging ayam potong di sejumlah pasar tradisional Kota Medan terus melonjak tajam, bahkan dalam sepekan terakhir harga daging ayam mencapai Rp 40.000 per kilogram. Sebelumnya harga ayam hanya berada di harga Rp 33.000 per kilogram.
“Harga ayam apalagi sudah mendekati Idul Adha pasti naik, saat ini daging ayam Rp 40.000 per kilogram, sebelumnya Rp 33.000 per kilogram, itu pun dua minggu yang lalu,” ucap Eva, salah seorang pedagang di Pasar Tradisional Simpang Limun, Jalan Sisingamangaraja Medan, jumat (09/06/2023).
Menurut Eva, kenaikan harga daging ayam potong saat ini disebabkan harga pakan ayam yang masih tinggi, sementara di peternakan juga mengalami kosongnya ayam ras.
“Itu sih, ayamnya lagi kosong tidak ada dikandang. Makanan ayam pun lagi naik harganya,” ujarnya.
Menurut Eva, kenaikan harga daging ayam potong ini pun berimbas pada omzet penjualan pedagang yang menurun sebesar 30 persen. Sehingga masyarakat nantinya akan bisa beralih mengkonsumsi makan tahu dan tempe, akibat dampak kenaikan harga daging ayam.
“Akibatnya ya penjualan sih turun drastislah dari 100 persen jadi 30 persen. Biasanya orang konsumsi untuk jualan ada sebagian untuk makan sehari-hari. Kalau naik gini orang-orang bisa hanya makan tahu tempe, karena ayam kan lagi mahal,” tegasnya.
Selain daging ayam, harga telur ayam juga dikeluhkan pedagang telur ayam karena hingga saat ini harganya terus merangkak naik. Satu papan telur ayam di bandrol dengan harga Rp 48.000 untuk ukuran kecil atau Rp 1.600 per butirnya. Sedangkan ukuran besar harganya mencapai Rp 57.000 per papan atau Rp 1.900 per butirnya.
“Naik, sekarang paling kecil Rp 1.600 per butirnya, kalau yang besar Rp 1.900. Jadi satu papan dia paling murah Rp 48.000, paling mahal harganya Rp 57.000 per papan,” kata Putra, pedagang telur di Pasar Tradisional Simpang Limun Medan.
Putra mengaku, kini pelanggan yang biasa memesan dagangannya mulai mengurangi jumlah pembelian. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus ia akan mengalami kerugian.
“Memang harga telur naik tetap ada yang beli, tapi jadi berkurang biasa langgananku ambil sebanyak tiga sampai empat papan, ya sekarang hanya dua papan, ya abang lihat tadi pembeli, hanya beli dua papan sajakan, begini terus, buntung kami sebagai pedagang,” ucap Putra.(zul/haa)