- Martin Sitohang
Pelleng, Makanan Khas Suku Pakpak Simbol Keberanian untuk Berperang
Dairi, tvOnenews.com - Pelleng adalah makanan khas Suku Pakpak, Sumatera Utara. Dahulu, makanan yang terbuat dari olahan nasi ini dijadikan simbol penyemangat dan penambah keberanian dalam margraha (berperang) melawan musuh.
Saat ini, makanan ini juga dijadikan menu ketika memberangkatkan anak mengikuti ujian sekolah, merantau, atau keluarga membuka lahan, dan ladang.
Bahan dan membuat pelleng adalah nasi yang dimasak agak lembek, dihaluskan dan ditumbuk. Setelah itu rempah-rempah dicampur, yakni berupa kunyit, cabai, cikala, serai, santan dan bumbu lainnya sesuai selerah masing-masing. Tidak lupa juga dilengkapi dengan ayam kampung sebagai tektekan, (memotong daging sebagai lauknya).
Makanan ini diwariskan turun-temurun agar tidak punah. Pelleng ini juga yang agak mirip dengan nasi kuning atau yang biasa disebut tumpeng, Tapi, cita rasa kedua makanan ini berbeda meski bahannya hampir sama.
Cara membuat pelleng ini, pertama beras dimasak seperti memasak nasi biasa. Air harus dibuat lebih, agar nasinya lembek. Bumbu rempahnya harus dihaluskan, ditumis, atau tidak lupa memasukkan santannya. Daging ayam kampung yang sudah dipotong kecil-kecil (tektekan) direndang, atau digulai juga bisa.
Setelah nasinya sudah lembek dan air bumbu rempahnya sudah masak, nasi tersebut ditumbuk dengan kayu atau dilumat lalu dicampur dengan air bumbu rempah setelah disaring. Setelah dicampur dengan merata, pelleng sudah bisa dicetak menggunakan sendok atau mangkuk kecil dan disajikan pada piring.
Sedangkan daging ayam gulai/rendang dan beberapa buah cabai rawit merah ditaruh di atas pelleng tersebut. Sehingga tampilanya menarik dan siap untuk disantap. Menarik bukan?.
Simbol Doa dan Perjuangan Toko masyarakat Pakpak, Tumpu Capah mengatakan, makanan pelleng biasanya diberikan pada acara itu pemberangkatan, disajikan oleh orang orang tua.
“Jadi makan pelleng lah dulu baru memberangkatkan. Berati ini memang membuat semangat, berjuang bukan berarti harus perang. Berjuang ini kan artinya memberangkatkan anak merantau, memberangkatkan sekolah anak, dan acara acara pengantin juga dan itu kalau di keluarga," ujar Ketua Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Sipitu Marga ini kepada tvOnenews Minggu (9/7/2023).
Menurut Pembina DPP Himpunan Masyarakat Pakpak (Himpak) ini, pelleng ini juga dijadikan sebagai simbol penyemangat untuk semangat bekerja, tapi tidak khusus hanya untuk itu. Misalnya mau testing kuliah atau melamar polisi atau tentara, diberangkatkan.
“Pelleng ini makanan khas nenek moyang dan ada juga memakai pelleng ini sebagai tradisi, yang masih aliran seperti ziarah ke Sicike cike Soloman Pupung kita dulu. Itu lah dibuat disitu. Jadi kelihatannya yang disalurkan kalau acara Sicike Cike Sulang Sipitu Marga, dan itu juga dulu, Pellengnya masih pakai darah. Darah ayamnya itu tetap dipakai. Karena sekarang sudah ada pantangan agama, sudah banyak juga yang tidak pakai, Terutama agama Muslim.Jadi kalau ditanya kapan mulai memang dari nenek moyang, seperti kami lah, Sipitu Marga. Nnenek kami dulu bertamu ke Sicike cike, Desa Bagun, Kecamatan Parbuluan, kalau ziarah bersama," paparnya.
Tumpu Capah menjelaskan, pelleng dibuat menjadi makanan keluarga. "Karna kita juga sudah terbiasa makan, kadang-kadang kita minta dibuatkan. Jadi bedanya zaman dulu sama sekarang, malahan pelleng ini semakin berkembang. Kalau dulu mungkin makanan penyemangat dan sekarang ini menjadi makanan biasa bagi tiap keluarga. Sekali-sekali kalau pingin dibuatkan. Malah ada yang menjual. Jadi fungsinya tetap sudah menjadi makanan khas dan sudah menjadi makanan rakyat," imbuhnya. (mjs/nof)