- Tim TvOne/ Miko
Warga Mulai Cemas, Kemunculan Harimau di Mukomuko
Mukomuko, tvOnenews.com - Keberadaan harimau Sumatera di sekitar Desa Gajah Makmur dan UPT Lubuk Talang Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko kembali membuat warga cemas. Dalam beberapa hari terakhir dua ekor harimau berkeliaran di sekitar pemukiman warga.
“Dua hari ini ada lagi jejaknya di sekitar pemukiman dan sudah 2 tahun ini harimau berkeliaran di sekitar desa” kata Kades Gajah Makmur, Gutomo.
Dijelaskan Gutomo, sejak 2021 setidaknya ada 39 temuan keberadaan harimau di sekitar desa mereka dengan korban ternak sapi sebanyak 12 ekor dan 1 ekor kambing. Pemantauan masyarakat di perkebunan yang tidak jauh dari pemukiman, intensitas temuan jejak harimau ini semakin meningkat pasca kejadian penerkaman 1 ekor sapi pada 3 Mei 2023.
“Jika dilihat dari jejak yang ada, harimau ini selalu mengintai ternak milik warga yang digembalakan di perkebunan” jelasnya.
Dalam upaya penanganan konflik antara manusia dan satwa liar, di Desa Gajah Makmur dan UPT Lubuk Talang, telah terbentuk Tim Satgas Mitigasi Konflik, namun menurutnya dalam penanganan masih tetap memerlukan petugas dan kementerian terkait khususnya Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
“Kami khawatir jangan sampai jatuh lagi korban ternak atau bahkan nyawa manusia,” lanjutnya.
Penanganan konflik satwa liar ini tidak serta-merta bisa dilakukan oleh Tim Satgas yang telah dibentuk tetapi harus didampingi oleh pihak yang berwenang seperti BKSDA Bengkulu. Wilayah Desa Gajah Makmur dan UPT Lubuk Talang bersinggungan langsung dengan Hutan Produksi (HP) Air Rami, kondisi hutan di sekitar desa saat ini sangat menghawatirkan, pembukaan kawasan hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit masif terjadi dan inilah salah satu penyebab satwa liar keluar dari habitatnya.
“Berdasarkan kondisi saat ini, kami dari pemerintah desa meminta para pihak yakni DLHK Provinsi Bengkulu dan BKSDA Bengkulu untuk melakukan penindakan agar kerusakan hutan tidak semakin parah dan satwa liar tidak keluar dari habitatnya," imbuhnya.
Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar menyatakan kejadian konflik satwa liar di wilayah Malin Deman ini dilematis, disatu sisi hewan dilindungi dan disatu sisinya lagi ternak adalah aset komunitas.
“Seharusnya BKSDA selaku pemangku negara yang bertanggungjawab soal satwa yang dilindungi dalam situasi ini seharusnya ada di lokasi untuk mengantisipasi potensi kerugian baik bagi satwa maupun ternak warga,” pungkas Ali.
Optimalnya penanganan konflik satwa liar di wilayah ini dilakukan secara kolaboratif, baik pihak yang bertanggungjawab dan juga masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan.
Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu, Said Jauhari mengatakan, di daerah tersebut masuk dalam kawasan hutan untuk itu masyarakat diminta untuk tetap waspada. Bagi masyarakat yang memelihara hewan ternak agar mengandangkan di dalam kandang yang tahan dari serangan harimau.
Untuk penanganan konflik yang terjadi, pihaknya akan melakukan pengusiran harimau yang masuk ke areal perkampungan masyarakat setempat.
"Kita mengajak masyarakat agar tidak melepasliarkan hewan ternak agar terhindar dari serangan Harimau, dalam waktu dekat kita akan melakukan pengusiran harimau yang berada di kawasan tersebut," pungkas Said. (rgo/cai)