- Tim Tvone/ Saiful
Ibu dari Imam Masykur Korban Penculikan Oknum Paspamres dan Dua Oknum TNI: Jangankan Rp50Juta, Rp1000 pun Tak Ada
Bireuen, tvOnenews.com - Seperti apa sebenarnya peristiwa terbunuhnya Imam Masykur pemuda asal Monkeulayu Gandapura Bireuen Aceh?
Menurut ibunya ia kehilangan nyawa setelah diduga diculik di tempat kerjanya di Ciputat Tangerang Banten selanjutnya diduga dianiaya oleh oknum PASPAMPRES dan dua oknum TNI lainnya hingga ditemukan jasadnya di sungai.
Ibu korban Fauziah menerima laporan dari anaknya Imam melalui ponselnya saat Magrib setelah sebelumnya menelepon adiknya di Monkeulayu Bireuen dan selanjutnya tersangka mengirim video penganiayaan dengan suara rintihan menyedihkan meneriakkan “cek kirem peng Limong Ploh Juta kirem bak Mak boeh Abang ka jipohnyoe” dalam bahasa Aceh artinya “paman kirim melelui Mamak ya Abang sudah dipukul ni” itu kata kata berulang kali terakhir didengar ibunya sebelum Imam meninggal dunia.
Selanjutnya ia mencoba menghubungi korban dengan tujuan ingin menanyai soal anaknya namun yang mengangkat ponsel pelaku, “Ibu kalau sayang anak kirim 50 juta sekarang, habis itu saya bilang anak saya jangan dipukul lagi saya akan usahakan kirim sebab kami orang miskin jangankan 50 juta, 1000 pun tidak ada duit. Kalau ibu tidak kirim duit anaknya akan saya bunuh dan buang ke sungai,” tutur Ibu Fauziah dengan wajah sedih.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui menurut ibu korban tentang Informasi yang simpang siur. Imam sudah satu tahun setengah bekerja di Ciputat. Pada awal 2 bulan kedatangannya bekerja di toko kosmetik ia pernah diculik dan dimintai tebusan 13 juta rupiah. Dan setelah memiliki tempat sendiri ia diculik di tokonya pada malam hari 12 Agustus para penculik meminta uang tebusan 50 juta rupiah hingga ia ditemukan tidak bernyawa. Ia berharap pelaku dihukum seadil-adilnya sebagaimana perbuatan yang telah dilakukan terhadap anaknya.
Terkait dengan kasus ini pihak keluarga sangat menyesali terjadi peristiwa ini karena Imam adalah tulang punggung Keluarga, ia anak kedua setelah kakak dan dua adik laki lakinya, di desa ia dikenal berahlak baik. Kata pamannya Said Azhar yang selama ini selalu membimbing korban, yang menjadi persoalan adalah simpang siurnya informasi yang ia dengar melalui media sosial dan ini sangat merugikan.
“Kami mewakili keluarga, sangat dirugikan dengan beredarnya Informasi yang simpang siur, informasi yang tidak jelas akuratnya. Jadi kami mohon bagi siapa saja yang ingin menyebar video kalau bisa harus ada Informasi yang sudah valid baru disebarkan jangan seperti yang sudah beredar ini terjadi kasus utang piutang, kasus tentang percintaan. Itu kami masyarakat sangat sedih mendengarnya karena realitas yang terjadi sebenarnya bukan itu. Dari orang yang menemani dari pertama sampai pengambilan jenazah, ini murni kasus kriminal culik dan penganiayaan hingga menghilangkan nyawa orang,” kata Said.