- Tim tvOne/Donal
Kasus Sodomi di Pasaman, Psikolog Anak: Lakukan Ini Agar Korban Tidak Menjadi Pelaku di Kemudian Hari
Bukittinggi, tvOnenews.com - Psikolog anak asal Bukittinggi, Yosi Molina, menyoroti kasus yang menimpa puluhan anak di Pasaman, Sumatera Barat, yang menjadi korban sodomi seorang pemuda berusia 20 tahun.
Kasus pencabulan tersebut menjadikan pelajaran berharga bagi semua orang tua terlebih di zaman teknologi digital yang menyerbu semua kalangan, tidak terkecuali anak-anak.
Menurut Yosi Molina, kekerasan seksual terhadap anak meningkat tajam sebagai dampak pandemi Covid 19 beberapa waktu lalu. Faktor semua serba gawai menjadi salah satu pemicu akan terlihatnya tayangan tak etis yang dikonsumsi anak selama pandemi. "Salah satu pemicu itu,” ujar Yossi saat dihubungi tvOnenews, Kamis (5/10) malam.
Jika menilik kasus yang terjadi di Pasaman, pelaku yang juga merupakan korban tindak kekerasan seksual yang dialaminya di masa kecil terjadi karena dampak psikologis serius. Karena terjadi distorsi kognitif dan konflik identitas pada dirinya sehingga kurang mendukungnya lingkungan dalam pemulihan trauma psikis yang tepat juga menjadi penyebab utama.
"Itulah sebabnya pelaku kekerasan seksual merupakan korban di masa kecilnya,” tambah psikolog berdarah Minang itu.
Lalu, bagaimana kalau misalnya pernah menjadi korban kekerasan seksual? Menurut Moli, sapaan akrab aktivis anak tersebut mengatakan, perlunya pendampingan profesional terapi psikologis dan konseling dapat membantu individu mengurangi traumanya.
"Perlu segera laporkan kejadian tersebut ke pihak berwenang agar tidak terjadi lagi korban berikutnya,” imbuhnya.
Ia juga mengarahkan anak yang menjadi korban kekerasan atau pelecehan seksual, agar melakukan pemulihan psikologis baik pihak keluarga dan profesional lainnya. Kemudian pendidikan seksual kepada anak sesuai umurnya, agar anak tersebut memahami batasan dan tanda-tanda atau ciri-ciri jika mengalami pelecehan secara seksual dari orang lain.
Selain itu, pentingnya pengasuhan dari orang tua harus menciptakan lingkungan yang aman di mana anak harus merasa nyaman menceritakan pengalaman yang terjadi pada dirinya.
Sedangkan salah satu cara agar tidak menjadi korban pelecehan seksual, menurutnya, perlunya pendidikan seksual yang tepat kepada anak, komunikasi terbuka terhadap anak agar anak merasa nyaman jika terjadi sesuatu pada dirinya. Selain itu, sangat perlu orang tua memantau secara online tentang apa saja yang diaksesnya jika harus berhubungan dengan internet.
Pemilihan pengasuh yang aman, orang tua harus tahu jika anak di sekolah misalnya mengetahui latar belakang tempat anaknya dididik secara formal. Lalu pentingnya aturan batasan pribadi kepada anak terkait batas secara seksual baik dari orang lain maupun keluarga terdekat.
“Di samping itu, perlu dukungan sekolah dalam pencegahan terjadinya tindakan pelecehan seksual kepada anak,” tutup mahasiswi PhD UPSI Malaysia tersebut. (dml/wna)