- Tim tvOne/Fahmi
Berdiri Tahun 1874, Masjid Bengkok Medan Dibangun oleh Saudagar Keturunan Tionghoa
Medan, tvOnenews.com - Masjid Lama Gang Bengkok menjadi salah satu masjid bersejarah di Kota Medan. Keunikan masjid yang terletak di Jalan Masjid, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat ini dibangun oleh saudagar kaya keturunan Tionghoa bernama Kapten Chong A Fie.
Sekretaris BKM Masjid Lama Gang Bengkok, Haji Muchlis Tanjung menyebutkan Masjid ini pertama kali berdiri pada tahun 1874. Masjid ini kemudian diserahkan Tjong A Fie kepada Kesultanan Deli, pada masa pemerintahan Sultan Deli Ma'moen Al Rasyid.
"Masjid Lama Gang Bengkok, Mesjid pertama di kota Medan berdiri sejak tahun 1874 dan dibangun oleh warga Tionghoa atas nama Chong A Fie. Dahulu kala sosok Chong A Fie terkenal oleh masyarakat dengan kedermawanannya, keturunan Tionghoa itu juga membangun Masjid Bengkok ini dengan uang pribadi sendiri tanpa ada bantuan dari pihak mana pun.
“Sedangkan untuk bangunan Masjid ini berdiri diatas tanah wakaf dari Haji Muhammad Ali atau lebih dikenal dengan nama Datuk Kesawan," kata Muchlis, Kamis (21/03/2024) siang kepada tvonenews.com di Medan.
Dikatakan Muchlis, Bangunan Masjid Lama Gang Bengkok memiliki arsitektur 3 budaya yang menunjukkan bahwa tingginya toleransi masyarakat kota Medan dalam beragama. Hal itu terlihat dari bagian atap masjid yang semakin melebar dan melengkung seperti layaknya kelenteng.
"Marilah kita lihat secara jelih kondisi bangunan Masjid Bengkok ini atapnya melengkung kayak kelenteng. kemudian masjid bersejarah ini bercorak warna kuning artinya menunjukan ciri khas melayu dengan dipadukan warna hijau yang artinya juga merupakan simbolis dari keislaman,”sebutnya.
Ketika tvonenews.com mengali secara tajam tentang, sejarah dan bangunan Masjid bersejarah di kota Medan, Muchlis Tanjung lalu menceritakan, sebelumnya Masjid Al Osmani yang terletak di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Pekanlabuhan, Kecamatan Medan Labuhan. Masjid Al Osmani adalah Masjid tertua di Kota Medan dibangun pada tahun 1854 Masehi, oleh Sultan Osman Perkasa Alam (Sultan Deli Ke-7). Kemudian 20 tahun setelahnya, dibangunlah masjid Gang Bengkok dengan memiliki sebuah sejarah antara warga melayu dengan warga Tionghoa.
“Kenapa Masjid Lama Gang Bengkok memiliki nama yang aneh, tentunya tidak hanya abang saja bertanya kepada saya, banyak juga masyarakat yang bertanya kenapa di sebut Masjid Bengkok? Karena pada awal pembangunannya berada di sebuah gang sempit," sebutnya.
Kemudian terdapat sebuah belokan atau tikungan pas di depan masjid kita ini, karena tidak ada nama resmi pada Masjid dan Masjid yang menjadi salah satu ikon Kota Medan, kini ditetapkan dan diberi nama masjid Lama Gang Bengkok,” ucap Muchlis.
Muchlis menerangkan bahwa terlihat jelas bentuk bangunan Masjid Lama Gang Bengkok ini memiliki Arsitek dari beberapa negara yakni Cina, Melayu, dan Persia. Terlihat jelas dari atap masjid yang tidak berbentuk seperti kubah, namun mirip kelenteng pada masyarakat Tionghoa.
Sedangkan sentuhan dari gaya Melayu dapat ditemukan pada bagian plafon masjid yang terdapat hiasan juga disebut dengan "Lebah bergantung". Hiasan tersebut dibuat dari kayu menghasilkan ukiran yang sangat unik dan mempesona sehingga menghasilkan semacam tirai dengan warna kuning. Warna kuning sendiri merupakan warna khas dari Melayu. Kemudian pada bagian gapura masjid Lama Gang Bengkok mendapatkan sentuhan dari gaya Islam Persia.
“Masjid Bengkok memiliki sentuhan kental dari budaya Tionghoa dan Melayu. Perpaduan dari sentuhan tersebut menghasilkan sebuah bangunan masjid yang unik. Dilihat dari arsitekturnya saja, ada seperti Cina, Melayu, dan Persia. Masjid ini tidak seperti sebuah bangunan masjid pada umumnya, melainkan seperti sebuah Klenteng.
Apabila ketika kita masuk ke dalam masjid ini, maka akan terlihat jelas dan sangat terasa suasana masjid yang begitu kental. Bangunan seperti Klenteng ini tak heran dikarenakan pembangunannya sendiri diprakasai oleh seorang tokoh Medan dari etnis Tionghoa, Tjong A Fie. Walaupun demikian, Masjid Lama Gang Bengkok tetap memiliki sentuhan Melayu dan Islam,” ucapnya tentang sejarah.
Selama bulan Ramadan disampaikan Muchlis, pengurus BKM Masjid Lama Gang Bengkok mengadakan sajian kuliner gratis yakni bubur khas melayu yang dibagi kepada masyarakat berpuasa dan melaksanakan solat magrib di masjid.
“Allhamdulilah sampai saat ini, kami setiap tahun pada bulan puasa, kita pengurus BKM Masjid Lama Gang Bengkok selalu membuat makanan bubur melayu yang nantinya kami bagikan secara gratis kepada Masyarakat yang telah menjalankan ibadah puasa dan bagi warga yang sholat magrib kami bagikan bubur melayu nantinya, ya datang pada saat jelang berbuka puasa ya, biar kita sama sama makan bubur melayu dari Tanah Deli," tutup Muchlis. (zul/wna)