- Beni Roska
Jalan Antar Desa di Sijunjung Alami Terban, Warga Tamparungo Sumpur Kudus Gunakan Jembatan Alternatif dari Kayu
Sijunjung, tvOnenews.com - Jalan penghubung antar desa di Kabupaten Sijunjung alamai terban atau gempa runtuhan, tepatnya di Jalan Simaru Koto Salo, Jorong Simaru, Nagari Tamparungo, Kecamatan Sumpur Kudus.
Diketahui akses jalan ini menghubungkan Nagari Tamparungo dengan Nagari Manganti, Silantai, Unggan, Sumpur Kudus dan Sumpur Kudus Selatan.
Saat tvOnenews.com berkunjung melintasi jalan tersebut terlihat bongkahan material jalan yang sudah hancur dari sisi kanan maupun kiri badan jalan.
Jembatan alternatif dibuat dari kayu dan dilintasi warga menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Saat melintasi jembatan itu terlihat kendaraan mulai berjalan secara perlahan menepis ketakutan, sesekali pengendara melihat bagian kanan maupun kiri jalan.
Tak hanya itu besar jembatan hanya bisa diakses oleh satu jalur mobil, jika ingin melintasi maka harus bergantian.
Camat Sumpur Kudus, Feri Yurnalis tak menampik dengan adanya jalan terban tersebut.
“Memang ada jalan terban yang masih bisa diakses menggunakan jembatan alternatif dibantu oleh masyarakat,” jelasnya saat dihubungi, Senin (30/4/2024).
Sementara itu salah satu relawan jalan putus sekaligus Wakil Ketua Pemuda Nagari Tamparungo, Alismar menjelaskan penyebab utama jalan ini terban karna tidak ada saluran air.
“Saluran airnya tidak ada hingga air merembes ke tanah di bawah badan jalan hingga jalan rusak,” jelasnya.
Ia juga mengatakan untuk perbaikan jalan sudah pernah dilakukan tapi tak membuahkan hasil yang diharapkan.
Jalan terban ini sudah terjadi beberapa bulan yang lalu kemudian pihak pemerintah Kabupaten Sijunjung diwakili oleh Wakil Bupati Sijunjung, Irradatillah sudah meninjau lokasi secara langsung.
Setelah peninjauan itu selang berapa waktu kemudian akhirnya ada perbaikan jalan tetapi setelah diperbaiki jalan kembali amblas.
“Perbaikan jalan sudah dilakukan beberapa kali tapi setelah selesai hanya sempat digunakan sementara waktu kemudian rusak lagi,” ucapnya.
Menurut Alismar struktur pembangunan jalan yang dibangun itu ada yang salah hingga masyarakat tak sempat menikmati jalan tersebut hingga pemuda berinisiatif membangun jembatan darurat.
“Jalan itu dibangun senilai Rp300 juta tak bertahan lama sedangkan kami membuat jembatan alternatif kurang lebih Rp1,5 juta sampai sekarang masih bertahan,” ucapnya.
Dikatakannya, pembangunan jembatan ini berasal dari sumbangan warga dibantu oleh pemuda dikerjakan secara bersama-sama.
Jika tak dibangun jembatan alternatif ini maka warga harus menempuh jalan lain ke Bukik Lontiak yang membutuhkan akses lebih jauh sekitar 16 Km.
Jembatan alternatif tersebut akses utama bagi masyarakat untuk mencari kehidupan serta para guru juga melintasi jembatan itu untuk mengajar ke sekolah.
Ia berharap pemerintah kembali memperhatikan dan membantu jalan terban ini hingga masyarakat bisa mengakses jalan ini tanpa ada rasa takut.
“Kami berharap jalan terban ini kembali dibantu dan dibangun secara benar dan baik, tak asal-asalan hingga warga bisa menikmati kembali, takutnya jembatan ini tak bertahan lama kemudian menimbulkan kecelakaan,” pungkasnya. (bra/nof)