- Tim Tvone/Fahmi
Rumah Kreatif Anak Medan Kelola Limbah Kayu Jadi Miniatur Berharga
Medan, Sumatera Utara - Limbah bagi masyarakat umum mungkin hanya akan menjadi sampah. Namun, berbeda ditangan Eko Prayetno pengagas Rumah Kreatif Anak Medan (Ketam), limbah diubah menjadi barang yang bernilai ekonomis.
Pasca memutuskan untuk berhenti dari ASN, Eko memunculkan ide kreatif membuat berbagai miniatur ikon Medan bernilai seni tinggi. Ide nya muncul ketika dirinya melihat banyak limbah stik es krim yang terbuang buang.
Uniknya semua bahan yang digunakan dari limbah stik es krim, tusuk sate, triplek, sumpit. Selain di pajang sebagai miniatur juga bisa dijadikan cinderamata.
“Awalnya otodidak, berhenti dari kerjaan terus karena pola pengangguran muncul ide kreatif. Ada stik es krim dibuang buang sama adik adik ini kemudian saya kutip, awalnya buat sampan kecil. Jelek saya buang lagi, ambil stik lagi buat lagi, buat terus sampai bagus. Jadi setahun melatih diri otodidak mencari presisi bentuk, cari bahan apa yang bisa digabungkan jadi cantik,” ungkap Eko, Rabu, (30/03/2022).
Tahun 2014, Eko Prayetno memutuskan mendirikan rumah kreatif anak Medan, melihat terlalu bebasnya pergaulan anak anak jaman sekarang, ia mengajak membuat karya kreatif dari limbah kayu.
Selain itu, Eko juga membuat kelas pelatihan secara gratis untuk siapa aja yang ingin belajar pembuatan miniatur dari barang bekas.
“Saya sendiri awalnya acuannya dari barang bekas gimana jadi satu produk yang punya nilai daya jual, yang banyak dibuang dan tidak dipakai,” terangnya.
Kerajinan tangan yang Eko tekuni ia garap secara serius. Rumah kecil di dalam Gang Tunggal Jalan Pasar 3, Tegal Rejo, Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan ini, tempat bereksperimen dengan barang barang bekas yang ia temukan di parit besar depan rumahnya.
Dari barang barang bekas itu, Eko sudah menghasilkan becak Medan, bus, truk excavator, sepeda ontel, rumah adat dan masih banyak lagi.
“Sekarang sudah banyak, ada stearofoam bekas, box kulkas bekas, terus saya pikirkan jadi apa ya, oh jadi kapal, atau bangunan. Dan saya juga buat maket sekarang,” kata Eko.
Miniatur karya dijual dengan harga mulai Rp 50ribu sampai jutaan rupiah tergantung ukuran dan bahan pembuatannya.
“Rp 50ribu – Rp 200 ribu, lihat ukurannya juga kalau besar sampai Rp 1 juta juga, terus barangnya apa,” ucap Eko.
Sudah berjalan selama 8 tahun sebagai perajin barang bekas, Eko Prayetno berharap pemerintah daerah dapat mendukung wadah kreatif untuk ‘Rumah Kreatif Anak Medan’ yang didirikannya.
“Ini sebenarnya aset bangsa, perajin ini, diperhatikan pemerintah, dukung tempat yang kurang baik dibantu, dari alatnya yang kurang, kalau bahan kan kita banyak dari daur ulang,” harapnya.(Fahmi/Lno)