Kardinal Vatikan, Miguel Angel Ayuso Guixot, Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf dan Mantan Ketua PP Muhammadiyah Sudibyo Markus menerima gelar Doktor Honoris Causa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta..
Sumber :
  • Tim tvOne - Andri Prasetiyo

Pertama Kali, Kardinal Vatikan Terima Gelar DHC dari Kampus Islam di Indonesia

Selasa, 14 Februari 2023 - 09:59 WIB

Sleman, DIY - Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa (DHC) kepada tiga pemimpin keagamaan dunia. Salah satunya adalah seorang Kardinal dari Vatikan, Miguel Angel Ayuso Guixot yang menjabat Prevek Dikasteri untuk Dialog Antar Agama Vatikan.

Selain Kardinal Ayuso, gelar DHC juga diberikan kepada Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf serta Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2005-2010 yang saat ini menjabat Dewan Pakar Majelis Pelayanan Sosial PP Muhammadiyah, Sudibyo Markus.

Penganugerahan gelar kehormatan kepada ketiga tokoh tersebut digelar dalam Rapat Senat Terbuka di UIN Sunan Kalijaga, Senin 13 Februari 2023. Sejumlah tokoh publik juga hadir dalam acara tersebut, seperti Menko Polhukam Mahfud MD, Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, MenPAN RB Abdullah Azwar Anas, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, dan Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir.

"UIN Sunan Kalijaga sangat bersyukur, sangat beruntung menerima anugerah. Jadi bukan kita yang menganugerahi tapi menerima anugerah tiga pemimpin dunia," kata Rektor UIN Sunan Kalijaga Phil Al Makin kepada wartawan, Senin (13/2/2023).

Pemberian gelar DHC kepada ketiga tokoh tersebut karena dianggap banyak berkiprah dalam bidang kerukunan antar umat beragama. Kiprah ketiganya bahkan tidak hanya di dalam negeri namun hingga tingkat global.

Al Makin mencontohkan, Kardinal Ayuso adalah seorang model pemimpin yang turut menyertai dokumen penting Fratelli Tutti karya Paus Fransiskus. Kardinal Ayuso juga diharapkan menjadi sosok yang mendamaikan.

"Jadi ini adalah anugerah bagi UIN Sunan Kalijaga, pesan yang sangat penting yang akan kita teruskan sehingga kita mempunyai cara berpandangan beragama sebagaimana yang dipromosikan di dalam dokumen-dokumen penting Katolik seperti Nostra Aetate dan lain-lain," ungkapnya.

Al Makin melanjutkan, UIN Sunan Kalijaga juga merasa bersyukur memiliki Yahya Cholil Staquf. Aktivitasnya sebagai seorang aktivis dan pemimpin umat tidak perlu diragukan lagi.

"Kelapangan hatinya dan juga tindakan beliau yang mengayomi kepada semua umat ini menjadi anugerah bagi UIN Sunan Kalijaga," ujarnya.

Selain keduanya, Al Makin juga mengaku bersyukur memiliki tokoh bernama Sudibyo Markus. Apalagi ia dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah yang banyak berkiprah di tingkat dunia.

"Misalnya bagaimana beliau mengirim bantuan lewat Jalur Gaza dan mengontak teman-teman beliau yang beragama lain untuk membantu bantuan kemanusiaan. Dan juga beliau bagiamana berjuang untuk mendamaikan dari tahun 2008 sampai tahun tahun lalu 2022 antara pemerintah Filipina dan juga kelompok Islam Moro," bebernya.

"Kalau anda semuanya resapi perhatikan pidato dari ketiga yang mendapatkan Doktor Honoris Causa kita mendapatkan pelajaran banyak tentang pengalaman-pengalaman mereka, tentang tafsir mereka atas agama mereka yang sangat unik dan saya kira inilah yang kita perlukan untuk Indonesia," sambungnya.

Kardinal Ayuso mengatakan, ini merupakan pertama kalinya seorang Kardinal Katolik Vatikan menerima gelar Doktor Honoris Causa dari kampus Islam.

"Saya ingin mengatakan bahwa perayaan hari ini merupakan sejarah bagi saya karena untuk pertama kalinya Kardinal Katolik terpilih menjadi Doktor Honoris Causa di universitas Islam," ujarnya.

KH Yahya Cholil Staquf mengucap syukur karena anugrah ini diberikan pada momentum yang sangat tepat, yakni satu abad Nahdlatul Ulama dan konferensi pemimpin agama dunia November 2022 lalu.

"Ini akan menandai penguatan aliansi kerja sama di antara komunitas-komunitas yang kami wakili dan semoga sesudah ini segera kami bisa melangkah dengan insiatif-inisiatif yang lebih nyata bersama-sama dalam bekerja sama menuju apa yang menjadi cita-cita mulia dari semua agama, yaitu kemuliaan dan martabat kemanusiaan," ucap Gus Yahya.

Sementara Sudibyo Markus mengatakan bahwa konflik yang pernah terjadi tanpa disadari bukanlah konflik agama melainkan politik yang dibuat oleh penguasa. Jikapun ada, peran agama sangatlah kecil.

"Oleh karena itu kita sangat menghargai untuk mengakhiri konflik-konflik yang lalu," pungkasnya. (Apo).

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
05:29
01:44
01:26
01:31
02:50
03:27
Viral