- Ilustrasi - Freepik
Sosiolog UGM: Mudik Lebaran 2023 Jangan Jadi Ajang Pamer Harta Kekayaan
Sleman, tvOnenews.com - Mudik sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia pada setiap tahunnya. Mudik atau pulang kampung biasanya dilaksanakan setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Pada tahun ini, mudik menjadi sesuatu yang istimewa setelah beberapa tahun dilanda pandemi Covid-19. Di samping itu, mudik Lebaran 2023 ini juga bertepatan dengan tahun politik menjelang Pemilu 2024.
Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Derajat Sulistyo Widhyharto mengatakan, pemerintah harus memfasilitasi mudik karena merupakan momentum sosial politik masyarakat Indonesia. Apalagi mudik di Indonesia tidak sekedar pulang kampung, tapi memiliki makna politis untuk menunjukkan hubungan harmonis masyarakat dan pemerintah.
"Mengingat tahun depan pemilu, citra lancar harus terlihat sejak tahun ini merupakan refleksi politis untuk menunjukkan keberhasilan pengelolaan even-even besar sosial di Indonesia, dan musik termasuk dalam even besar itu," kata Derajat dikutip dari laman resmi UGM, Rabu (19/4/2023).
Dijelaskan Derajat, upaya untuk memfasilitasi pemudik memang harus dilakukan pemerintah. Salah satunya dengan menyiapkan fasilitas dan infrastruktur jalan yang aman dan nyaman.
Di sisi lain, pemudik juga harus menyiapkan kondisi kesehatannya sendiri secara paralel.
"Kondisi jalan apapun jika kondisi pemudik capek atau lelah dan kesehatan menurun, resiko kecelakaan akan terjadi. Saya kira perlu kampanye kesehatan berkendara aman, dan menyiagakan puskesmas di jalan yang dilewati pemudik," terangnya.
Derajat menambahkan, berkendara aman dan menjaga kesehatan adalah hal penting bagi pemudik. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan semangat bahwa mudik memperkuat relasi sosial, dan menegaskan hubungan desa-kota ataupun antar wilayah.
Derajat juga sepakat dengan imbauan pemerintah untuk tidak mudik menggunakan sepeda motor. Sebab pemudik motor memang paling beresiko mengalami kelelahan dan kecelakaan.
Namun ia tidak menyalahkan apabila masih banyak pemudik yang menggunakan sepeda motor. Terlebih motor mewakili pemudik kelas menengah ke bawah.
Di samping itu, pemudik juga belum sepenuhnya mendapat layanan angkutan umum yang nyaman dan murah.
"Transportasi umum di daerah tujuan mudik yang berbeda kondisi, sehingga tidak salah jika masih saja ada pemudik motor yang nekat," tegasnya.
Lebih lanjut Derajat menjelaskan, ada hal yang tak kalah penting dan tidak bisa dihindari bagi pemudik saat pulang ke kampung halaman. Yakni adanya semangat untuk menunjukkan aktualisasi diri sebagai seorang perantau.
Ia pun berpesan agar pemudik tidak menjadikan mudik sebagai ajang pamer harta kekayaan setelah sudah sukses di kota. Melainkan berbagi ide usaha, pengetahuan, dan kegiatan produktif lainnya.
"Yang dipamerkan bukan kekayaannya tapi usaha, pengetahuan, dan berbagai kegiatan produktif," pungkasnya. (apo/buz).