- Tim tvOne - Santosa Suparman
Kenalkan Penyelamatan Satwa Sejak Dini, Ratusan Murid SD Lepasliarkan Tukik di Pantai Goa Cemara
Bantul, tvonenews.com - Guna menumbuhkan kesadaran anak sejak usia dini agar peduli terhadap upaya penyelamatan lingkungan, SD Montessori Sleman Yogyakarta, mengajak ratusan muridnya ke lokasi konservasi penyu di Pantai Goa Cemara Bantul, Yogyakarta untuk belajar dan melihat secara langsung bagaimana upaya penyelematan penyu.
Selain belajar tentang penyu hewan yang dilindungi dan hampir punah, ratusan anak ini juga dilibatkan dalam upaya penyelamatan penyu dengan terlibat langsung aksi melepasliarkan tukik anak penyu ke laut.
Sebanyak 150 tukik atau anak penyu dilepasliarkan oleh ratusan anak - anak SD Montessori beserta sejumlah gurunya di Pantai Goa Cemara pada Rabu (7/7/2023).
Aksi ini untuk menjaga kelestarian penyu di pantai selatan Jawa sekaligus ajang edukasi kepada anak sejak usia dini.
Kepala Sekolah SD Montessori Ntalia Kristiani mengatakan tema pembelajaran kali ini adalah tentang penyelamatan lingkungan.
Sebelum diajak ke konservasi penyu di Pantai Goa Cemara, sebanyak 107 anak - anak kelas 4 dan 5 belajar managemen sampah, dan hari ini anak - anak diajak untuk belajar dan turut ambil bagian dalam upaya penyelamatan pemyu di pantai selatan Yogyakarta.
" Pada semester ini, tema pembelajarannya adalah' Save the Planet '. Anak - anak melakukan berbagai macam kegiatan mengenai upaya penyelamatan bumi dan lingkungan. Keamrin dimulai dengan managemen sampah. Kemudian hari ini anak - anak kami libatkan langsung dan berkontribusi dengan mendonasikan sebagian uang sakunya untuk upaya penyelamatan penyu di pantai selatan Yogyakarta ini," ungkap Natalia Kristiani.
Natalia Kristiani menambahkan hari ini anak - anak belajar soal upaya penyelamatan penyu dengan melihat langsung lokasi konservasi penyu yang dikelola oleh kelompok masyarakat penggerak konservasi penyu Minoraharjo di Pantai Goa Cemara.
" Anak - anak juga ikut aksi melepasliarkan 150 tukik ke laut dan ini pengalaman yang menarik serta sangat berharga dan berkesan bagi anak - anak," ujarnya.
Ayana, salah satu murid SD Montessori mengaku senang bisa mengikuti aksi melepasliarkan tukik ke laut. Pengalaman mememgang tukik anak penyu sebelum dilepasliarkan merupakan pengalaman pertama bagi Ayana.
" Ini baru pertama kali pegang tukik. Senang sekali dan lucu. Apalagi saat dilepas ke pasir, tukik berjalan menuju ke laut sangat menyenangkan," kata Ayana.
Sementara itu, Sekretaris Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi Penyu Minoraharjo Fajar Subekti mengatakan, pelepasliaran tukik disesuaikan dengan masa migrasi hewan itu. Pada tahun ini masa migrasi berlangsung pada bulan Mei-September.
"Sejak bulan Mei sampai sekarang sudah ada 25 sarang penyu yang masing - masing berisi puluhan telur. Diperkirakan sarang ini akan terus bertambah. Sebagian sudah menetas dan hari ini merupakan pelepasliaran perdana pada tahun 2023 ini," ungkap Fajar Subekti.
Fajar menambahkan ada empat jenis penyu yang ada di pantai selatan Bantul Yogyakarta yang sering bertelur di sepanjang pantai selatan Bantul khususnya mulai Pantai Samas hingga Pantai pandansimo. Keempat penyu tersebut adalah penyu lekang, penyu sisik, penyu hijau dan penyu belimbing.
" Namun yang paling banyak adalah jenis penyu lekang, yang lainnya hampir tidak pernah muncul. Tahun lalu penyu belimbing dan sisik. Yang paling banyak memang penyu lekang," papar Fajar.
Setiap tahunnya, imbuh Fajar, dari puluhan sarang tersebut bisa menghasilkan minimal 2000 tukik setiap tahunnya. Adapun rekor penetasan paling banyak dicapai pada saat pandemi Covid-19 lalu yakni sebanyak 4.000 tukik.
Fajar mengatakan peran masyarakat semitar pantai sangat membantu dalam memberikan informasi mengenai adanya penyu yang mendarat dan bertelur. Sehingga telur - telur tersebut berhasil diamankan hingga menetas.
" Kesadaran masyarakat sangat baik untuk upaya penyelamatan penyu ini. Bahkan untuk informasi penyu bertelur dan pengamanannya dibantu oleh masyarakat," pungkas Fajar Subekti. ( Ssn )