- tvOnenews - Nuryanto
Cucu Sultan Gusti Marrel Dukung "Greenfunction" Jadi Wisata Edukasi Konservasi Berbasis Kearifan Lokal di Yogyakarta
tvOnenews.com - Alam pedesaan memiliki keunggulan karakteristik sekaligus bentang alam khas yang mencerminkan ekosistem alami. Hal itu yang mendorong seorang warga di Yogyakarta berinovasi membangun Green Function, sebuah rumah pangan mandiri yang berupa sistem konservasi pada ekosistem alami berbasis kearifan lokal sehingga bernilai ekonomi.
Owner Greenfunction Indonesia, Irwan Gosthong atau Y Irwan Cahya Nugraha mengungkapkan Greenfunction merupakan sebuah konsep rumah alami yang mempunyai sistem ekosistem sempurna dan berbasis pada kemandirian pangan bahkan berkedaulatan pangan.
"Dimana Greenfunction (GFI) ini berbasis pada pengelolaan sumber air yang dimanfaatkan untuk pertanian terpadu di dalam area rumah pribadi. Greenfunction menggabungkan konsep pertanian modern dan konvensional yang mana mampu menghasilkan tanaman,dan hewan ternak (ikan, ayam dsb)," jelasnya.
Selain itu GFI mampu menciptakan rumah yang bisa menjadi tempat edukasi pertanian, rumah makan bahkan rumah inap bagi orang orang yang suka akan nuansa desa.
Menurutnya, GFI memberikan banyak edukasi secara langsung akan pertanian dan energi hasil air (PLTA mini sebagai sumber energi baru untuk kepentingan rumah tersebut. GFI sudah dirancang dan terbangun sejak tahun 2016 sebagai rumah pertanian terpadu dengan banyak sistem pertanian dan air sebagai yang utama daam membuat ekosistem alami.
Launching Greenfunction dilakukan Jumat (23/6) di Desa Ngireng-ireng Kelurahan Sidomulyo , Kecamatan Bambanglipuro, Bantul Yogyakarta ini dihadiri sejumlah pihak diantaranya Lurah Sidomulyo, Babinsa, Babinkamtibnas, Perwakilan Jagawarga (Dias Pamungkas) serta penggiat seni budaya (Ari Prabowo).
Irwan menyampaikan bahwa sistem yang dikembangkan dalam upaya konservasi ini adalah dengan menggabungkan pertanian, peternakan, fermentasi dan perikanan menjadi satu fungsi ekosistem alami yang dilakukan dengan sistem pertanian organik.
"Kita melihat potensi di pedesaan itu adalah sistem Greenfunction, artinya ekosistem alami dengan fungsi ekologi, ekonomi serta sosial budaya dapat dikembangkan menjadi salah satu terobosan pertanian organik. Basisnya adalah ekosistem alami bukan buatan," jelas Irwan.
Menjadi lokasi pertama diterapkan Green Function yakni berada di desa Ireng-ireng, Bambanglipuro Bantul Yogyakarta. Berfungsi sebagai rumah pangan, Greenfunction juga menjadi wadah edukasi kepada masyarakat untuk mengenalkan eksositem alami sebagai konservasi yang bisa dikembangkan dimana saja terutama di rumah.
Menurut Irwan, Greenfunction merupakan konsep rumah berkemandirian dan berkedaulatan pangan yang bisa mencukupi kebutuhan pangan rumah tangga bahkan bisa memiliki nilai ekonomi.
"Ada sistem hidroponik, hidroorganik, aquaponik, dan lain lainnya, disini kita mengemasnya bisa menyatukan sistem pertanian yang mengatu dengan rumah kita. Misal kita disini punya ukuran kolam ikan 9x9, juga ada 5x5 kemudian setting peralon dikonsep, kemudian ada kandang ayam di kanan kirinya. Melalui sistem bakterisasi fermentasi kita bisa panen patin 3,5 ton. selama 8 bulan saja. Lalu ayamnya kita bisa hasilkan 500 telur. Dalam siklus itu kita bisa memadukan dalam 1 tahun ayam, ikan dan tanaman. Per tahun kita dapat bersih 20-25 juta. Kita mampu memanajemen air, perikananan, ternak ayam dan tumbuhan.dalam ekosistem alami di rumah kita sendiri," ungkapnya.
Bagi Irwan, konsep konservasi dari rumah sendiri walaupun kecil bisa memandirikan kedaulatan pangan. Memanfaatkan air sumur bisa kita alirkan ke kolam, kemudian ke perikanan, dan ke sumur resapan. Sumber air kolam yang kita bakterisasi juga mampu mengubah amonial ke nitrat kemudian ke sawah kalo di desa. Sehingga bisa tanam padi dan palawija.
"Arti Berkedaulatan pangan yakni rumah ini menyesuaikan kondiai alamnya. Kota bangun dengan batu alam, kayu alam agar bisa menumbuhkan tanaman. Kita misal ada lahan bisa kita buat sebagai warung, ada supermarket hidup juga. Kita bisa jual ikan, sayuran, dan lainnya langsung ke komsumen," ungkap Irwan.
Menurutnya Sistem Greenfunction bisa menjadi contoh bagaimana rumah bisa berproduksi, hemat energi, sekaligus mampu mengendalikan hama karena kita bisa melihat langsung.
"Intinya kita menggabungkan sistem konvensional dan modern, dengan sistem sederhana yang berfungsi untuk masyarakat," ungkap Irwan.
Upaya konsevasi ekosistem alami ini mendapat respon positif dan mendapat dukungan dari Cucu Sultan HB X,
Rm Gustilantiko Marrel Suryokusumo atau disapa Gusti Marrel yang mengunjungi langsung bagaimana ekosistem alami bisa dikembangkan menjadi greenfunction.
Gusti Marrel menyampaikan bahwa upaya konservasi berkelanjutan seperti Greenfunction bisa menjadi daya tarik wisata edukasi sekaligus bernilai ekonomi.
"Kalo daya tarik greenfunction pasti ya, karena saya banyak gerak soal lingkungan, bisa hutan, gunung, sungai dan lainnya. Kita ingin melihat sebenarnya, dari rumah sendiri kita bisa menumbuhkan kemandirian pangan. Dari lingkungan rumah kita bisa jadi sumber ekonomi. Di banyak negara, model Green Astitektur, seperti Amerika, Eropa, barangkali hanya berhenti pada tahapan Green energi. Kalo disini konsepnya berbeda karena ada ikan, treatment air, tanaman. Disini Konsep green bisa memproduksi dan sumber pemasukan," ungkap Marrel.
Sebagai rumah pangan, Greenfunction menurut Marrel seperti mengajak kembali kesadaran masyarakat kepada filosofi yang sudah ada sejak dulu yakni menanam dirumah atau pangan dari rumah. Kesadaran mengembangkan Rumah Pangan ini menjadi sangat penting dimana saat ini dunia tengah mengalami lagi krisis energi. Seperti di krisis energi Eropa yang membuat harga energi menjadi naik.
"Nah bisa ada tanaman hidroponik bisa dijual, bisa dikonsumsi sendiri. Jadi suistainabilitinya bisa terjamin. Konsep yang berbeda kalau dibandingkan di daerah lainnya di dunia, karena ada sistem menggabungkan tadi, nah ini misalnya ada irigasi di dalam rumah untuk menunjang produksi pangan itu sendiri, jadi sangat penting dalam konteks kedaulatan pangan," ungkap Marrel.
Menurutnya, di Indonesia dengan sumberdaya alamnya yang tinggi, masa transisi energi menjadi tantangan yang harus dilewati. Ia juga mendorong upaya konservasi berbasis kearifan lokal menjadi salah satu langkah strategis agar program yang diterapkan membumi dan tepat sararan
"Ada percobaam yang gagal ada yang revisi, tapi semua harus dilewati. Kesadaran itu muncul di tengah masyarakat kita bisa bentuk perubahan. Kita memegang nilai orang-orang timur, bareng-bareng secara lokalitas, kesadaran program harus berdasar kearifan lokal," jelas Marrel.
Ia menambahkan, masyarakat sebagai subjek dalam upaya konservasi ini, justru bisa memunculkan kekuatan dalam mempercepat kemandirian pangan.
"Salah satu program Presiden penurunan emisi. Nah kebtuhan energi satu rumah bisa menggunakan energi secara mandiri. Begitu juga Ngarso Dalem (Sultan HB 10) yang bisa menempatkan masyarakat sebagai subjek, masyarakat dilibatkan. Kita misal secara air di bantul bagus. Nah kalo di Sleman beda lagi. Nah nilai lokalitas apa yang bisa dibentuk. Local wisdom yang kita akomodir dan masyarakat sendiri yang mengerti," jelasnya.
Saat ini, Misi Ngarso Dalem sendiri untuk menjadikan masyarakat sebagai subjek patut didukung. Effesiensi energi yang diterapkan pun seyogyanya menyesuaikan karakteristik suatu daerah. Karakteristik lingkungan menjadi kunci sebuah lemberdayaan masyarakat bisa tsrus dilakukan.
"Poinnya menafsirkan dan mengefektifkan unsur di rumah yang bisa berproduksi. Hanya tadi mungkin bisa dari sudut2 elevasi sehingga air bisa mengalir tanpa perlu pompa juga bisa biar lebih hemat. Contoh kemarin kita kerjasama PLN dg tanaman energi sepeti di Gunungkidul kita jg melakukan implementasi terkait kondisi lingkungan. Kita menanam sesuai karakteristik disana yakni tanaman yang high protein untuk ternak. Ketika kemarau pakannya gak ada, nah kadang jual sapi.. istilahnya sali makan sapi. Kita baru tanam 30 HA," jelas Gusti Marrel.
Menurut Gusti Marrel, terkait pengembangan Wisata bebasis kearifan lokal dan konservasi alami seperti Greenfunction cukup menjanjikan. Menurut pemilik, beberapa wisatawan asing seperti dari Belanda dan Eropa sudah banyak mengunjungi setidaknya untuk melihat dan belajar mengenai Green Functuon.
"Di sini bahkan udah banyak yg datang seperti Belanda. Sangat bisa jadi daya tarik wisatawan, terlebih belum banyak yg mengimplementasikan," ungkap Ervan.
Sementara Gusti Marel menyebutkan wisata minat khusus seperti greenfunction justru menjadi daya tarik tersendiri karena memiliki spesialisasi dan differensiasi yang sudah melekat dan memikik branding yang sangat kuat. Menurutnya, nilai lokalitas sebagai sebuah solusi. Efesiensi energi bisa mengurangi beban energi secara nasional.
Konsep Greenfunction pun masih bisa dikembangkan di tempat lainnya. Misalnya dengan tanaman yang lain, jenis ternaknya, sehigga nilainya juga justru memperkaya keberagaman ekonomi.
"Wisata Edukasi untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknologi atau informasi sangat bisa banget dimulai dari kelurahan ini," pungkas Marrel.(nur/chm)