- tvOnenews - Nuryanto
Sosok Nabila Abdat, Penerus Yayasan An Nur Peninggalan Syaikh Saleh Ubayd Abdat Pendiri Al Irsyad dari Al Ghurfah Yaman
tvOnenews.com - Pendidikan agama dinilai sebagai pondasi awal bagi anak-anak untuk mencapai cita-citanya kelak. Hal itulah yang terus diperjuangkan dan dikembangkan oleh seorang Nabila Abdat, influencer yang saat ini sebagai Ketua Yayasan An Nur Abdat.
Sosok Nabila Abdat menjadi terus mendedikasikan hidupnya bagi dunia pendidikan. Sejak tiga tahun ini, Nabila berjibaku untuk fokus mengurus sebagai Ketua Yayasan An Nur Abdat di kawasan Petamburan Jakarta. Ia pun merangkul anak-anak di lingkungan sekitar termasuk mereka yang kurang mampu hingga yatim piatu.
Tak hanya itu, ia juga banyak berdiskusi, serta mengunjungi berbagai wilayah termasuk mendatangi sekolah-sekolah di kota pelajar Yogyakarta.
"Saya banyak melihat, sekolah di Yogyakarta punya karakter tersendiri, terutama sekolah berbasis agama ya, misal Muhammadiyah gitu. Saya banyak berdiskusi dengan teman-teman, kemudian menambah banyak literasi serta wawasan dari datang ke berbagai kota untuk bagaimana mengembangkan sebuah lembaga pendidikan berbasis agama, serta memperluas jaringan pendidikan itu sendiri," jelas Nabila.
Sekolah menengah berbasis agama, menurut Nabila yang saat ini menjadi Ketua Yayasan An Nur Abdat, Masjid An Nur dan SMP An Nur di kawasan Petamburan Jakarta harus bisa berkembang.
"Nantinya akan kita bangun sebuah sekolah setingkat SMK dengan berbagai bidang keilmuan. Ya tentu yang ada basis Agama, namun kita akan memberi sentuhan pada ilmu pengetahuan, sains, seni dan budaya termasuk mungkin akan dikembangkan minat tata boga, tata busana dan lainnya," ungkap Nabila.
Keberadaan Nabila berkecimpung di dunia pendidikan burmula saat ia ditunjuk keluarga besarnya untuk menggantikan posisi ayahnya di Yayasan An Nur Abdat.
Ia pun menceritkan sepenggal kisah mengenai sejarah sang kakek yang merintis dunia pendidikan agama di kota Jakarta.
"Penyebaran Islam di Nusantara pada awal mulanya, tak lepas dari kedatangan para saudagar bangsa Arab. Diantaranya yang banyak ditulis dalam sejarah adalah para penyiar Islam dari Hadramaut (Yaman). Mereka juga mengenalkan Islam ke Asia Tenggara termasuk ke Indonesia, melalui perdagangan sekaligus memiliki misi agama," jelas Nabila.
Bahkan menurutnya, sejarah dari Yaman dalam mengembangkan pendidikan agama Islam di Nusantara itu masih terus berkembang seiring kemajuan jaman hingga sekarang.
Nabila Abdat, menyampaikan keberadaan sekolah SMP An Nur di Petamburan sekarang juga memiliki kaitan dengan kisah panjang tentang pengembangan pendidikan agama Islam di Indonesia.
Ia mengungkapkan bahwa kakek buyutnya yakni Syaikh Saleh Ubayd Abdat merupakan seorang saudagar dari Yaman yang turut mengembangkan ajaran Islam di Indonesia khususnya di Jakarta. Syaikh Saleh Ubayd Abdat merupakan salah satu pendiri Al Irsyad dari Al Ghurfah Yaman.
"Kakek buyut saya Syaikh Saleh Ubayd Abdat salah satu pendiri Al Irsyad. Kebetulan dulu beliau saudagar dari Yaman yang ikut memasukan ajaran Islam di Al Irsyad yang pada masa itu juga seiring sejalan dengan Muhammadiyah," ungkap Nabila Abdat, saat ditemui di Yogyakarta, Minggu (25/6).
Yayasan An Nur sendiri ada di Jakarta dengan peninggalan bersejarahnya beberapa bangunan di sekitaran Kota Tua dan Harmoni serta wilayah Petamburan.
"Alhamdulillah saya diamanatkan untuk membina sebagai ketua yayasan di Yayasan An Nur ada Masjid An Nur dan SMP An Nur (untuk menengah kebawah dan yatim piatu)," terang Nabila Abdat.
Bagi Nabila Abdat, apa yang diwariskan para leluhurnya bukan serta merta tanpa keteguhan dan perjuangan untuk bisa menjaganya. Di tengah kesibukannya ssbagai influencer, ia juga memikili keluarga dan anak-anak. Namun, ia ingin mencurahkan energinya saat ini demi mengemban amanah meneruskan pendidikan SMP An Nur Abdat menjadi lebih berkembang di masa depan.
Dikutip dari batarfie.com, diantara tokoh yang memiliki pengaruh dan andil besar dalam kebangkitan kaum hadrami di tanah al-mahjar, atau nahdhoh hadromiyyah, khususnya di Indonesia dengan melahirkan banyak gerakan dan perkumpulan, seperti diantaranya lahirnya Jumiyyah Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang lahir pada 6 September 1914 di Batavia (Jakarta), beliau adalah Syaikh Saleh bin Ubayd Abdat.
Dalam kepengurusan pertamanya setelah mendapatkan pengakuan hukum dari pemerintah Hindia Belanda, berdasarkan besluit dari Gouverneur-Generaal Alexander Willem Frederik Idenburg di Batavia pada 31 Agustus 1915, Syaikh Saleh bin Ubayd Abdat langsung ditunjuk dan diangkat sebagai Penasehat Hoofdbestuur (Pengurus Besar) Al-Irsyad. Penunjukannya itu menunjukan pengaruh dan peranan beliau sebagai salah satu orang terpandang dan terkemuka di kota Batavia.
Bersama koleganya Syaikh Umar Yusuf Manggusy, saudagar Arab kaya raya dan tokoh utama dibalik lahirnya Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang menjadi Kapten Arab di Batavia kala itu, bersama-sama para pemuka hadharim lainnya yang juga besar pengaruhnya, Syaikh Saleh bin Ubayd Abdat teramat mendalami dan menyerap dengan benar akan pentingnya misi serta visi yang ditawarkan oleh Syaikh Ahmad Surkati (pendiri Al-Irsyad), agar umat Islam yang kala itu berada di bawah pengaruh kolonialisme, dapat segera bangkit dan berjuang dalam memperoleh persamaan derajat serta keadilan.
Sebagai seorang pengusaha properti yang sukses, Syaikh Saleh Ubayd Abdat terkenal memiliki banyak lahan luas dan gedung-gedung penting yang tersebar dilokasi-lokasi strategis dalam pusat kota Batavia. Salah satunya adalah Hotel Des Galeries di Molenvliet, hotel terbesar kedua setelah Des Indes yang berada persis di seberangnya. Konon ia sengaja mendirikan Hotel itu lantaran dirinya ditolak masuk Des Indes yang memang hanya diperuntukan khusus bagi orang-orang Belanda, terutama dari kalangan bule papan atas.
Jejak kejayaan Daulah Al-Abdat masih dapat dijumpai jejaknya hingga kini pada uang coin perak Gurfah di dunia numismatik internasional dengan bandrol yang lumayan berharga tinggi. Jejak kejayaan usaha Syaikh Saleh bin Ubayd Abdat di Batavia, hingga hari ini pun masih dapat disaksikan terutama kemegahan bekas hotel Des Galeries yang sekarang lokasinya berada dipersimpangan Harmoni di Jalan Hayam Wuruk Jakarta.
Hotel Des Galeries setelah kemerdekaan, masih sempat berfungsi sebagai penginapan dan diteruskan oleh keturunannya yang berada di Indonesia. Penginapan kelas melati itu dirubah namanya menjadi Hotel Gayatri oleh Hussein Badjerei, yang juga pernah menjadi manajer di hotel itu, salah seorang tokoh senior Al-Irsyad dan penulis buku "Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa".
Jejak lain Syaikh Saleh bin Ubayd Abdat di Jakarta adalah Masjid An-Noer Abdat di Petamburan, nama yang diambil dari nama puteri kesayangannya Noer binti Saleh Ubayd Abdat. Jejak-jejak kejayaan usaha propertinya yang tersebar di Jakarta lainnya, antaranya adalah pertokoan yang di sewa oleh warga tionghoa di Glodok dan sederet pertokoan elit sejak zaman Belanda di kawasan Risjwiek, sekarang dikenal sebagai Jalan Veteran di Jakarta Pusat. Salah satunya adalah bangunan heritage terkenal, toko ice cream Ragusa.
Di Jakarta, kini salah satu peninggalannya adalah Yayasan An Nur yang melingkupi Masjid An Nur dan SMP An Nur di Petamburan Jakarta.(nur/chm)