- Tim tvOne - Santosa Suparman
21 Karya Lukis Ekspresionis Dipamerkan di Yogyakarta, Pelukisnya Seorang Bocah Berusia 10 Tahun
Bantul, Yogyakarta, tvonenews.com - Samurai Rajendriya Jalu Al-Ghifari Rahman, pelukis cilik berusia 10 tahun dari Sanggar Daun Gresik Jawa Timur, menggelar pameran tunggal lukisan dengan menampilkan 21 karya lukisnya di Yogyakarta.
Pameran tunggal pelukis cilik yang biasa disapa Samurai Jalu ini berlangsung di Joning art Space Sewon Bantul Yogyakarta mulai tanggal 19 sampai dengan 31 Agustus 2023.
Namaku Samurai" sebuah lukisan karya Samurai Jalu asal Sidoarjo, Jawa Timur ini bisa membuktikan kepada dunia bahwa setiap manusia bebas mengekspresikan pikirannya dengan cara apapun.
Lukisan ini menggunakan cat akrilik di atas kanvas berukuran 100x100 centimeter ini adalah salah satu dari 21 karya lukisnya yang dipamerkan.
Saat ditemui di Joning Art SPace Gallery, Samurai mengaku senang melukis sejak usia 3 tahun. Ia dulu menggambar di berbagai tempat. Kedua orangtua yang melihat bakat melukis ini kemudian memasukkan ke Sanggar Daun.
" Senang melukis sejak kecil. Awalnya saya senang melukis ikan," kata Samurai, Minggu (21/8/2023).
Lebih lanjut dikatakan pelukis yang baru duduk di kelas IV SD ini, dirinya merasa senang bisa pemeran tunggal ini. Semua ini menurut Samurai tak lepas dari peran kedua orang tua dan juga Sanggar Daun.
" Bangga dan makin semangat untuk berkarya," pungkas Samurai Jalu yang bercita - cita menjadi arsitektur.
Arik S Wartono kurator seni rupa sekaligus pendiri dan pembina Sanggar Daun yang selama ini membimbing Samurai Jalu menekuni bakatnya melukis mengatakan, anak laki-laki yang kini duduk di bangku kelas IV SD ini telah terlihat bakatnya melukis sejak umur 3 tahun.
" Sejak usia tiga tahun Samurai Jalu sudah melukis dan pada usia empat tahun ia menjuarai ajang Picasso of Indian art di India dengan karya lukisnya berjudul Jago. Kemudian usia 9 tahun lebih aktif lagi. Dia masuk gaya abstrak ekspresionis," ungkap Arik S Wartono.
Arik S Wartono menambahkan dalam pameran kali ini, Samurai mempersiapkannya dalam waktu satu bulan. Namun secara umum karya-karya yang dipamerkan adalah hasil karya Samurai selama satu tahun terakhir. Pameran tunggal Samurai ini merupakan pameran tunggal pertamanya pada usia 10 tahun.
"Ini pameran tunggal Samurai Jalu yang pertama. Samurai membawa 21 karya terbaiknya termasuk lukisan monumental berjudul Namaku Samurai ," terang Arik.
Arik S Wartono menuturkan Samurai mulai masuk Sanggar Daun saat usia 3 tahun. Dalam usianya yang masih balita saat itu Samurai belum terlalu menyadari bentuk, jika pun berusaha menggambar dan melukis bentuk masih berupa goresan yang menurut teori perkembangan disebut coreng-moreng yang diberi atau Scribbling Period.
Sekitar lima tahun Samurai sempat vakum dari bimbingan sanggar Daun, lalu pada usia 9 tahun dia aktif kembali.
" Saat kembali aktif di Sanggar Daun Samurai hadir dengan imajinasi yang lebih kaya," papar Arik.
Setahun terakhir, imbuh Arik S Wartono Samurai mulai berani melakukan eksplorasi teknis dengan mencoba berbagai macam eksperimen teknik melukis terutama media akrilik di atas kanvas, dengan banyak memainkan brushtroke torehan cat langsung menggunakan jemari tangan serta sapuan kwas dan pisau palet, dipadu teknik ciprat dan lelehan cat encer memanfaatkan grafitasi bumi.
"Dan hasil eksplorasi selama setahun terakhir ini bisa kita lacak rekam jejak artistiknya dalam gelaran pameran tunggal Samurai Jalu yang pertama 19-31 Agustus 2023 di Joning ArtSpace, Bantul, Yogyakarta," ujarnya.
Karya Samurai Jalu berukuran cukup besar yang dipamerkan yakni lukisan ukuran 140x140 Centimeter dan yang terkecil ukuran 70x50 Cm, dengan media cat akrilik di atas kanvas, dan satu karya berbahan cat dengan serbuk emas logam mulia.
Arik mengungkapkan, beberapa kali Samurai lolos open call pameran bersama orang dewasa. Selama ini orang dewasa masih cenderung memandang sebelah mata terhadap seni lukis anak.
Sebagian besar orang dewasa mungkin menganggap goresan anak-anak hanyalah hal yang biasa saja.
"Padahal sebenarnya bisa sangat luar biasa, karena di dalamnya terdapat kebebasan atau spontanitas anak dalam menggores serta keliaran mereka dalam berimajinasi, " kata Arik.(ssn/buz)