- Tim tvOne - Sri Cahyani Putri
Soal Penutupan Permanen TPA Piyungan, Begini Reaksi Masyarakat Yogyakarta
Yogyakarta, tvOnenews.com - Penutupan permanen Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan di Kabupaten Bantul oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menuai respon dari berbagai elemen baik masyarakat maupun pelaku wisata di daerah ini.
Respon dari warga satu di antaranya disampaikan oleh Dyah Ayu. Warga Depok, Kabupaten Sleman itu mengatakan, penutupan TPA Piyungan akan menimbulkan banyak masalah. Ia khawatir, sampah akan menumpuk jika TPA Piyungan ditutup permanen.
Kemudian sampah yang tidak terkelola bisa mencemari lingkungan seperti sungai bahkan laut. Dampaknya, bisa menimbulkan banyak penyakit.
Untuk pengolahan sampah di rumah, perempuan usia 30 tahun tersebut harus berlangganan dengan membayar Rp 50.000 per bulan. Menurutnya, hal itu cukup memberatkan bagi dirinya sebagai ibu rumah tangga.
"Ya lumayan (keberatan) sih untuk perihal sampah," katanya, Rabu (6/3/2024).
Persoalan sampah juga dikeluhkan oleh Risma Tri (25). Warga Kota Yogyakarta itu mengaku kesulitan ketika membuang sampah. Sementara untuk pembuangan sampah rumah tangga harus berlangganan. Sehingga sehari-hari, ia terpaksa membakarnya.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono menyebut, pengelolaan sampah di hotel sudah dilakukan secara mandiri.
Jadi masing-masing hotel sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Satu di antaranya sudah menerapkan gerakan Mbah Dirjo yaitu mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja.
Sehingga dengan penutupan TPA Piyungan, PHRI sudah siap.
"Kami sih sudah siap, tapi akan ada kendala kalo volume itu melebihi," kata Deddy.
Dengan demikian, pihaknya juga mendesak Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mempersiapkan, walaupun hotel-hotel sudah mempersiapkan pengolahan sampah segala mandiri. Hal itu untuk mengatasi bila nantinya volume sampah melonjak.
"Kita sudah memilah-memilih, kerja sama dengan bank sampah, dengan pihak ketiga, tapi kan harus ada solusi dari pemerintah kota untuk menyelesaikan masalah sampah ini," ucapnya.
Ditanya terkait rata-rata sampah yang dihasilkan oleh perhotelan, Deddy mengatakan, hal itu tergantung dengan kunjungan wisatawan ke daerah ini.
"Kita belum hitung (volume sampah di hotel). Itu tergantung jumlah wisatawan yang menginap kan naik turun," pungkasnya. (scp/buz)