Konferensi pers tipikor PT Taru Martani di Kejati DIY, Selasa (28/5/2024)..
Sumber :
  • Tim tvOne - Sri Cahyani Putri

Kejati DIY Tetapkan Direktur PT Taru Martani sebagai Tersangka Korupsi Senilai Rp 18,7 Miliar

Selasa, 28 Mei 2024 - 17:13 WIB

Yogyakarta, tvOnenews.com - Kejaksaan Tinggi Daerah Istimewa Yogyakarta (Kejati DIY) resmi menetapkan pria inisial NAA sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dalam pengelolaan keuangan di PT Taru Martani periode 2022-2023.

Tersangka menjabat sebagai direktur di Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Daerah (Pemda) DIY tersebut.

"Setelah penyidik mendapatkan minimal 2 alat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat 1, Kejati DIY menetapkan NAA selaku direktur sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dalam pengelolaan keuangan di PT Taru Martani," kata Amiek Wulandari, Wakajati DIY saat konferensi pers, Selasa (28/5/2024).

Selanjutnya terhadap tersangka berdasarkan surat penahanan Kepala Kejati DIY dilakukan penahanan selama 20 hari terhitung sejak Selasa (28/5/2024) ini di Lapas Kelas IIA Yogyakarta.

Amiek menyampaikan bahwa, untuk memenuhi target PT Taru Martani, tersangka melakukan investasi melalui perdagangan berjangka komiditi berupa kontrak berjangka emas dengan PT Midtou Aryacom Futures selaku perusahaan pialang.

Tersangka melakukan investasi itu tanpa melalui Rancangan Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan untuk mendapat persetujuan.

Adapun, pembukaan rekening pada PT Midtou Aryacom Futures dapat dilakukan oleh perusahaan dengan syarat surat persetujuan dari pemegang saham dan surat kuasa pejabat yang dikuasakan untuk mewakili perusahaan. Namun, tersangka melakukan pembukaan rekening atas nama pribadi.

Selama Oktober 2022- Maret 2023, tersangka melakukan penempatan modal pada akun tersebut secara bertahap dengan total Rp 18,7 Miliar. Dananya bersumber dari dana idle cash PT Taru Martani yaitu pada 7 Oktober 2022 sebesar Rp 10 Miliar.

Selanjutnya, pada 20 Oktober 2022 sebesar Rp 5 Miliar. Kemudian pada 1 Des 2022 sebesar Rp 2 Miliar. Lalu pada 14 Desember 2022 sebesar 500 juta dan 24 Maret 2023 sebesar Rp 1,2 Miliar.

Sementara itu, Aspidsus Kejati DIY, Muhammad Anshar menyebut ada keuntungan yang diperoleh tersangka sebesar Rp 7 Miliar. Adapun, uang senilai Rp 1 Miliar dimasukkan ke kas PT Taru Martani. Sisanya masih diputar lagi oleh tersangka sebagai modal.

Berdasarkan summary record pada 5 Juni 2023, akun milik tersangka NAA dinyatakan mengalami kerugian. Hanya tersisa uang senilai Rp 8 Juta namun telah dilakukan penarikan oleh Kejati DIY sebagai barang bukti.

Ke depan, Kejati DIY terus melakukan pengembangan dari kasus ini untuk mengungkap bila ada keterlibatan pihak lain.

"Jika ditemukan pihak lain akan dijadikan tersangka," ucap Anshar. 

Atas perbuatannya, tersangka NAA dikenakan pasal 2 ayat 1 juncto pasal 88 Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi subsidair pasal 3 juncto pasal 18. (scp/buz)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
00:56
02:26
00:41
01:23
00:56
01:52
Viral