- Tim tvOne - Andri Prasetyo
Mengenal Elang Caraka, Pesawat Tanpa Awak UGM Untuk Deteksi Kebakaran Hutan
"Ketika hutan terbakar, jarang ada yang mengetahui titik terbakar hutan tersebut," ucapnya.
Menurut Gesang, selama ini cara yang dilakukan untuk mendeteksi titik api di hutan dengan melakukan patroli udara menggunakan helikopter. Namun penggunaan helikopter membutuhkan biaya yang tinggi dan hanya bisa dilakukan siang hari.
"Ketika terjadi kebakaran di malam hari, api sudah terlanjur membesar pada keesokan hari sehingga sulit untuk dipadamkan," terangnya.
Lebih lanjut Gesang menjelaskan, Elang Caraka memiliki bentang sayap sepanjang 3,6 m dan badan pesawat 1,92 m. Pesawat ini juga dilengkapi kamera thermal untuk mengirimkan rekaman udara secara langsung dan dapat dilihat di darat.
Adapun mesinnya memiliki kapasitas 30 cc untuk menerbangkan pesawat dengan bobot 20 kg tersebut. Sementara untuk melakukan lepas landas dan mendarat, diperlukan landasan sepanjang 90 m.
Cara kerja pesawat ini menurut Gesang adalah menggunakan sensor cerdas Elektrikal Nose (Enose). Sensor Enose akan mendeteksi adanya asap yang ditunjukkan dengan meningkatnya grafik output dibanding kondisi normal tanpa asap.
"Enose bekerja seperti halnya hidung manusia, menggunakan larik sensor gas yang mampu mendeteksi asap tersebut," katanya.