- Nuryanto
Pemkot Yogyakarta Buru Tukang Becak yang Viral di Medsos Tipu Wisatawan Malioboro
Yogyakarta - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta tengah melakukan pencarian terhadap tukang becak yang viral di media sosial akibat menipu wisatawan yang hendak berkunjung ke Malioboro, beberapa hari lalu.
Polemik itu, bermula dari cerita seorang wisatawan, lewat akun TikTok Vravangasta Garnis. Dirinya merasa ditipu oleh tukang becak, karena saat minta mengantar ke Malioboro, tetapi malah dibawa ke toko oleh-oleh mahal.
Dikisahkannya, kejadian tersebut dialaminya pada kisaran Februari lalu. Menurutnya, tukang becak urung mengantar menuju destinasi favorit di Kota Yogyakarta itu, dengan alasan Malioboro tutup, dan tak bisa diakses.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi pun angkat suara menanggapi permasalahan tersebut. Ia mengatakan, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Yogyakarta sejauh ini tengah berkoordinasi dengan Disbub kabupaten, dan provinsi, untuk 'memburu' tukang becak itu.
"Kita identifikasi, ya, sebenarnya siapa yang melakukan perbuatan seperti itu. Ini kan jadi masalah, karena semua pelaku becak, atau betor, pasti harus menanggung dari perbuatan itu," terangnya, Selasa (22/3/22).
Ia pun menduga, tukang becak tersebut tega menjebak wisatawan yang mengaku lupa jalan menuju Malioboro itu, demi mendapat pemasukan, atau fee, dari toko oleh-oleh, berdasar persentase belanja tamu-tamunya.
"Maka sedang kita cari siapa pelakunya dan penangannya nanti seperi apa. Apakah itu dipicu tambahan pendapatan dari tokonya, atau memang layanan tukang becak yang belum pantas di kota pariwista," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia pun telah meminta pada Dinas Pariwisata, untuk mengumpulkan seluruh pelaku wisata. Mulai dari perkumpulan industri, atau toko oleh-oleh, paguyuban tukang becak, agar kejadian ini tak terulang.
"Karena kan selama ini mereka (tukang becak) mencari tambahan pendapatan dari para penumpangnya ya, yang membeli oleh-oleh di toko tertentu. Sehingga sudah saya minta itu, supaya dikumpulkan," tandasnya.
"Tidak boleh lagi ada kasus-kasus layanan transportasi, seperti becak, meninggalkan penumpang, atau memberi layanan yang tidak maksimal. Apalagi, dengan cara yang tidak seharusnya begitu," lanjut Heroe. (Nuryanto/ade)