- Tvonenews.com/Lucas Didit
Boyong Keranda ke Pemkab Gunungkidul, Puluhan Warga Protes Pembangunan Tobong Gamping
DIY - Puluhan warga yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Gunungkidul, Yogyakarta, melakukan aksi turun ke jalan memboyong keranda, di Alun-alun Wonosari, Gunungkidul, Selasa (27/09/2022).
Keranda ini jadi simbol protes warga, terkait proyek pembangunan monumen Tobong Gamping, di Bundaran Siyono, Kapanewon Playen, Gunungkidul, yang merupakan gerbang masuk Kota Wonosari.
"Kami menuntut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul untuk tidak mengganti ikon Patung Pengendang dengan Tobong Gamping," kata Ervan koordinator aksi, Ervan Bambang Darmanto.
Aksi turun ke jalan ini, menurut Ervan, terpaksa dilakukan, menyusul surat penolakan yang dilayangkan beberapa waktu lalu tidak mendapatkan tanggapan dari Pemkab Gunungkidul.
"Bahkan pemkab terkesan memaksakan diri untuk tetap membangun monumen tobong tersebut," lanjutnya.
"Padahal surat (penolakan) tersebut kami layangkan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Gunungkidul, yang kemudian DPRD menerbitkan rekomendasi untuk Pemkab Gunungkidul untuk membatalkan rencana tersebut," imbuhnya.
Namun demikian, Ervan menyebut aspirasi dan rekomendasi tersebut tidak digubris oleh Pemkab Gunungkidul.
"Kami sudah menyampaikan aspirasi lewat cara yang etis, namun tetap tidak didengarkan sehingga aksi ini terpaksa dilakukan," jelasnya.
Bahkan sejak awal sudah banyak masukan dan penolakan dari warga Gunungkidul terkait proyek tersebut.
Ervan menilai, dibuatnya monumen tobong gamping justru akan mencoreng citra Gunungkidul yang saat ini sudah terbangun dengan baik.
Hal tersebut tak lepas dengan tobong gamping yang berkaitan erat dengan kegiatan eksploitasi sumber daya alam tambang batu kapur.
"Aksi ini akan terus kami lakukan hingga tuntutan kami mendapatkan perhatian dari Pemkab Gunungkidul," ujar Ervan,
Terpisah, Ketua DPRD Gunungkidul, Endah Subekti, menyatakan, sudah memberikan rekomendasi terkait rencana pembangunan monumen tobong gamping, yang merupakan bagian dari program revitalisasi wajah Kota Wonosari.
"Rekomendasi sudah dilayangkan pada April 2022, namun tidak mendapat tanggapan," kata Endah.
Selain menjadi simbol eksploitasi alam, Endah menyebut, Tobong Gamping tidak memiliki nilai filosofis. Justru kehadiran monumen itu sebagai ikon baru dianggap tak efektif.
Ia juga menegaskan, bahwa pihaknya menolak bertanggungjawab terhadap proyek tersebut. Terlebih masyarakat tidak dilibatkan dalam proses kajiannya.
"Yang pasti DPRD tidak akan bertanggung jawab atas akuntabilitas dan efektivitasnya jika tobong gamping tetap akan dibangun," pungkasnya.
Perlu diketahui, nilai pagu proyek penataan kota tahun anggaran APBD Kabupaten Gunungkidul 2022 sebesar Rp 9.463.451.906,00.
Anggaran tersebut sesuai rencana awal untuk menata wajah kota dari Bundaran Siyono, Kapanewon Playen, Gunungkidul hingga Kelurahan Baleharjo, Kapanewon Wonosari.
Namun rencana tersebut mendapatkan penolakan dari sejumlah elemen masyarakat, karena akan menjadi pengganti patung pengendang yang memiliki nilai filosofis bagi masyarakat Gunungkidul.
Saat ini, patung pengendang berdiri di bundaran simpang empat Siyono, yang satu ruas dengan Jalan Manthous (maestro campursari), dan menghubungkan dengan Taman Budaya Gunungkidul (TBG). (Ldhp/ree)