- YouTube Kemenkeu
Sri Mulyani Ungkap Potensi Resesi Tahun Ini
Jakarta - Kondisi perekonomian global, terutama negara-negara maju masih mengalami tantangan yang sangat berat, lantaran pertumbuhan ekonomi tahun 2023 diperkirakan lebih lambat dari tahun 2022.
Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan masih ada kemungkinan terjadi resesi ekonomi pada tahun 2023.
“Sehingga tren melemahnya eknomi di negara maju ini masih berlanjut, dan kemungkinan akan terjadi resesi juga masih ada,” kata dia, saat konferensi peres APBN KiTa Edisi Januari 2023, secara daring, Rabu (22/2/2023).
Pertumbuhan ekonomi global yang melambat ini dikatakan Sri Mulyani disumbangkan oleh Eropa, Amerika Serikat, dan China.
“Ini tentu akan menjadi pengaruh yang sangat menentukan bagi perekonomian Indonesia juga. Kalau kita lihat Global Commodity Index naik 15 persen year-on-year (yoy) ini merupakan titik tertinggi naik 33 persen pada bulan Mei 2022,” jelasnya.
Lebih lanjut, wanita yang pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan bahwa Dollar Index mengalami penguatan karena Amerika Serikat cukup stabil meskipun inflasi tinggi.
Sehingga dari sisi kebijakan moneter Amerika Serikat diperkirakan masih akan bertahan dengan suku bunga tinggi dengan cukup lama sehingga menyebabkan dolar AS mengalami penguatan.
“MSCI World Stock Index dalam hal ini untuk negara-negara berkembang mengalami penurunan 20 persen, ini terjadi biasanya pada intrested yang tinggi, kemudian harga saham mengalami tekanan,” tuturnya.
Sementara untuk Global Purchasing Managers Index (PMI) Manufacture mengalami kelemahan terendah dalam 2,5 tahun.
“Ini yang menggambarkan bahwa suasana dunia masih dalam kondisi tertekan ekonominya, terutama dimonitori oleh negara-negara Eropa yang terkena imbas langsung dari perang di Ukraina,” ujarnya.
Amerika Serikat yang juga terlibat dalam perang antara Rusia dan Ukraina juga mengalami inflasi tertinggi di negaranya.
Berbeda dengan Tiongkok sebagai negara dengan perekonomian kedua terbesar di dunia sedang mengalami pemulihan setelah mencabut kebijakan lockdown.
Indonesia sendiri mencatat 5,3 persen relatif dalam situasi yang baik jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, maupun negara G20.
“Ini adalah sebuah prestasi dan sekaligus menjadi landasan bahwa kita bisa optimis karena dari sisi perekonomian resiliensi dan momentum pemulihan ekonomi yang sangat kuat,” pungkasnya. (ags/ebs)