- ANTARA
RED ALERT! Saham Dunia Rontok Terseret Kolapsnya SVB dan Signature Bank AS
Jakarta, tvonenews.com - Keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) dan penutupan Signature Bank di Amerika Serikat telah merusak kepercayaan investor terhadap sistem perbankan. Pasar saham di beberapa negara rontok seiring dari fenomena yang terjadi di AS.
Diketahui, mayoritas pendanaan SVB yakni perusahaan-perusahan rintisan digital (startup) sedangkan mayoritas pendanaan Signatur Bank yakni industri kripto. Dua Bank itu akhirnya benar-benar kolaps setelah otoritas AS untuk menjamin simpanan di kedua pemberi pinjaman itu gagal meyakinkan investor.
Saham di Prancis Zona Merah
Imbas dari keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat mengakibatkan saham-saham Prancis berakhir di zona merah pada perdagangan Senin (13/3/2023) waktu setempat. Mencatat kerugian untuk hari kelima berturut-turut, dengan indeks acuan CAC 40 di Bursa Efek Paris anjlok 2,90 persen atau 209,17 poin menjadi menetap di 7.011,50 poin.
Indeks CAC 40 jatuh 1,30 persen atau 95,21 poin menjadi 7.220,67 poin pada Jumat (10/3), setelah tergerus 0,12 persen atau 8,88 poin menjadi 7.315,88 poin pada Kamis (9/3), dan merosot 0,20 persen atau 14,51 poin menjadi 7.324,76 poin pada Rabu (8/3).
Dari 40 saham perusahaan besar pilihan yang menjadi komponen indeks CAC 40, seluruhnya menderita kerugian terimbas oleh keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat yang telah merusak kepercayaan investor terhadap sistem perbankan.
BNP Paribas SA, sebuah grup perusahaan jasa keuangan dan perbankan internasional Prancis menderita kerugian terbesar (top loser) di antara saham-saham unggulan atau blue chips, dengan harga sahamnya terperosok 6,80 persen.
Diikuti oleh saham perusahaan jasa keuangan dan bank multinasional Prancis Societe Generale SA atau dikenal di negara-negara berbahasa Inggris sebagai SocGen yang terpuruk 6,23 persen; serta perusahaan yang mengembangkan dan memasarkan sistem terintegrasi untuk sektor transportasi Prancis Alstom SA kehilangan 6,16 persen.
Saham Jerman Terseret SVB
Selain di Prancis, saham-saham Jerman berakhir turun tajam pada perdagangan Senin (13/3/2023) waktu setempat, memperpanjang penurunan untuk hari kedua berturut-turut terseret jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) di AS, dengan indeks acuan DAX 40 di Bursa Efek Frankfurt terpuruk 3, 04 persen atau 468,50 poin, menetap di 14.959,47 poin.
Indeks DAX 40 tergelincir 1,31 persen atau 205,24 poin menjadi 15.427,97 poin pada Jumat (10/3), setelah menguat 0,01 persen atau 1,34 poin menjadi 15.633,21 poin pada Kamis (9/3), dan terkerek 0,46 persen atau 72,34 poin menjadi 15.631,87 poin pada Rabu (8/3).
Dari 40 saham perusahaan besar pilihan yang menjadi komponen indeks DAX 40, hanya satu saham yang berhasil mencatat keuntungan, sementara 39 saham mengalami kerugian.
Bursa Efek Frankfurt terhitung sejak 20 September 2021 secara resmi memperluas komponen indeks DAX 30 menjadi 40 saham atau menjadi indeks DAX 40.
Commerzbank AG, sebuah perusahaan jasa keuangan multinasional Jerman yang menarik simpanan dan menawarkan layanan perbankan ritel dan komersial, mencatat kerugian paling besar (top loser) di antara saham-saham unggulan atau blue chips, dengan harga sahamnya terjun 12,73 persen.
Disusul oleh saham perusahaan Jerman yang memproduksi berbagai bahan baku berbasis poliuretan dan polikarbonat Covestro AG terperosok 5,15 persen; serta bank investasi dan perusahaan jasa keuangan multinasional Jerman Deutsche Bank AG tergelincir 4,87 persen.
Pada sisi lain, Sartorius AG, sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi dan memasarkan peralatan dan komponen elektronik presisi Jerman merupakan satu-satunya saham unggulan yang berhasil membukukan keuntungan, dengan harga sahamnya terdongkrak 0,80 persen.
92 Saham Besar Inggris Tergelincir
Di inggris, Dari 100 saham perusahaan besar pilihan yang menjadi komponen indeks FTSE 100, hanya delapan saham yang berhasil mencatat keuntungan, sementara 92 saham lainnya menderita kerugian terimbas oleh runtuhnya Silicon Valley Bank di AS yang telah merusak kepercayaan terhadap sistem perbankan.
Evraz PLC, sebuah perusahaan manufaktur dan pertambangan baja multinasional Inggris yang sebagian dimiliki oleh oligarki Rusia membukukan kerugian paling besar (top loser) di antara saham-saham unggulan atau blue chips, dengan harga sahamnya terjungkal 12,59 persen.
Diikuti oleh saham bank multinasional Inggris yang beroperasi sebagai perbankan konsumen, korporasi dan institusional, dan layanan treasury, Standard Chartered PLC anjlok 6,89 persen; serta penyedia layanan keuangan global di bidang perbankan ritel, investasi dan manajemen kekayaan Barclays PLC jatuh 6,31 persen.
Saham-saham Inggris berakhir turun tajam pada perdagangan Senin (13/3) waktu setempat, memperpanjang kerugian untuk hari ketiga berturut-turut, dengan indeks acuan FTSE 100 di Bursa Efek London tergelincir 2,58 persen atau 199,72 poin menjadi menetap di 7.548,63 poin.
Indeks FTSE 100 merosot 1,67 persen atau 131,63 poin menjadi 7.748,35 poin pada Jumat (10/3), setelah terpangkas 0,63 persen atau 49,94 poin menjadi 7.879,98 poin pada Kamis (9/3), dan menguat 0,13 persen atau 10,44 poin menjadi 7.929,92 poin Rabu (8/3).
Wall Street Terseret Turun
Wall Street sebagian besar turun dalam perdagangan berombak pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), tertekan saham bank karena investor khawatir tentang penularan dari keruntuhan Silicon Valley Bank, tetapi Nasdaq menguat karena beberapa sektor diuntungkan harapan Federal Reserve dapat melonggarkan kenaikan suku bunga.
Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 90,5 poin atau 0,28 persen, menjadi menetap di 31.819,14 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 5,83 poin atau 0,15 persen, menjadi berakhir di 3.855,76 poin. Sedangkan, indeks Komposit Nasdaq bertambah 49,96 poin atau 0,45 persen, menjadi ditutup pada 11.188,84 poin.
Sektor utilitas terangkat 1,54 persen sebagai salah satu yang berkinerja terbaik dari 11 sektor utama S&P 500, sementara kelompok yang sensitif terhadap suku bunga seperti real estat dan teknologi juga menguat.
Penutupan tiba-tiba SVB Financial pada Jumat (10/3/2023) setelah gagal meningkatkan modal membuat investor khawatir tentang risiko bank-bank lain dari kenaikan suku bunga Fed yang tajam selama setahun terakhir.
Tetapi banyak yang berspekulasi bank sentral sekarang bisa menjadi kurang hawkish, dan imbal hasil obligasi 2 tahun anjlok.
Regulator selama akhir pekan melakukan intervensi untuk mengembalikan kepercayaan investor pada sistem perbankan, dengan mengatakan deposan Silicon Valley Bank (SVB) akan memiliki akses ke dana mereka pada Senin (13/3/2023).
Bagi sebagian investor, keputusan Fed minggu depan juga akan bergantung pada data inflasi yang akan dirilis minggu ini.
"Jika kita mendapatkan Indeks Harga Konsumen dan Indeks Harga Produsen yang sangat buruk, The Fed akan berada di posisi yang sulit atau posisi yang jauh lebih sulit bahkan di depan angka-angka tersebut," kata Orion Advisor Solutions CIO, Timothy Holland. (ito)
Simak Kumpulan berita tvonenews.com di Google News.