- Tim tvOne - Nuryanto
Festival Lumbung Mataraman Yogyakarta, Konsep Ketahanan Pangan Dimasa Pandemi
Yogyakarta, DIY - Pandemi Covid19 menjadi ujian bagi setiap pemerintah daerah untuk bisa melampuinya, termasuk bagi pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan ketahanan pangan yang menjadi kunci kebangkitan ekonomi masyarakat.
Dalam upaya tersebut, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar Festival Lumbung Mataraman Tahun 2021, yang berlangsung selama dua hari, 24-25 November 2021.
Acara ini digelar sebagai bentuk ekspose kegiatan Lumbung Mataraman yang sudah dilaksanakan di 4 (empat) Kabupaten dan 1 (satu) Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam bentuk pameran dan bazaar.
" Kegiatan Festival Lumbung Mataraman ini bertujuan untuk mempromosikan usaha dan produk yang dihasilkan oleh kelompok-kelompok Lumbung Mataraman, mengedukasi masyarakat untuk bersama-sama memanfaatkan lahan pekarangannya melalui budidaya pertanian, serta mengedukasi masyarakat untuk melaksanakan diversifikasi konsumsi pangan, utamanya dengan mengkonsumsi pangan lokal," kata Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X.
Paku Alam X menambahkan, Lumbung Mataraman merupakan ikon pertanian berbasis pemanfaatan pekarangan yang dikembangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dana Keistimewaan Urusan Kebudayaan, dengan filosofi "Nandur Opo Sing Dipangan, Mangan Opo Sing Ditandur".
Mataram pada masa lalu telah mengenal konsep pola pertanian Crop Livestock System (CLS) yang mengintegrasikan cocok tanam dengan ternak pada abad 17. Sultan Agung yang memerintah tahun 1613-1645 telah menerapkan konsep food estate khususnya pada komoditas padi dengan melakukan rekayasa sosial dalam melaksanakan intensifikasi tanaman padi.
Kerjasama antar petani dan antar kelompok tani amat kuat, baik dalam tertib pola tanam, penggunaan air irigasi, pengendalian hama dan penyakit, penggunaan peralatan maupun dalam acara panen.
" Pada masa itu sudah dikenal peran "dwifungsi" prajurit, pertama sebagai prajurit, kedua sebagai motor pelaksanaan intensifikasi padi. Forum komunikasi di berbagai tingkatan wilayah juga dibentuk sebagai wadah pembinaan bagi petani dan prajurit",ungkapnya.
Melalui penyelenggaraan acara ini, diharapkan proses Manunggaling Pamong lan Among Tani dapat terselenggara dengan nuansa budaya Mataraman yang kental dalam rangka mengembangkan pertanian dan menjaga ketahanan pangan di wilayah DIY. (Nuryanto/Buz)