- Tim tvOne/Boris
Jeritan Petani Karet di Pali, Produksi Getah dan Harga Jual Anjlok
Pali, tvOnenews.com - Sejumlah petani karet di Desa Pengabuan, Kecamatan Abab, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (Pali), Sumatera Selatan, Sabtu (30/9/2023), mengeluhkan anjloknya produksi getah karet akibat dilanda musim kemarau di wilayah tersebut. Tidak hanya itu, para petani karet juga menyebut sudah lama harga jual getah karet tidak mengalami kenaikan.
Petani karet asal Desa Pengabuan, Limausman, mengakui bahwa musim kemarau saat ini menjadi faktor utama penurunan produksi getah karet di lahan miliknya. Jika dalam kondisi normal, dalam satu pekan, Limausman bisa mendapatkan getah karet seberat 100 kilogram per hektare. Namun, jika dibandingkan saat ini, petani hanya mendapatkan 50 kilogram saja per hektare.
"Pada musim kemarau sekarang ini membuat hasil getah yang kami panen sedikit jika dibandingkan sewaktu normalnya. Menurut kami, pohon karet yang mengalami gugur daun, menjadi penyebabnya sehingga getah sedikit didapatkan. Untuk sekarang, hasil getah karet yang kami panen dari sadapan selama 6 hari mampu mengahasilkan sebanyak 100 kilogram, dengan luas lahan 2 hektare." ujarnya.
Bendi, yang juga seorang petani karet di wilayah tersebut, mengatakan selain mengeluhkan produksi getah karet yang menurun, harga jual getah karet saat ini di kisaran Rp8.000. Harga itu dinilai tidak sebanding dengan harga kebutuhan bahan pokok, seperti tingginya harga beras yang saat ini terjadi. Ia menyebut sudah lebih dari 5 tahun harga jual getah karet tidak ada peningkatan, untuk itu dia berharap agar harga jual karet ditingkat petani dapat meningkat.
"Berpengaruh sekali musim kemarau ini, hasil getah karet kami selalu mengalami penurunan, jika dalam dua pekan sebelumnya getah karet yang didapat 50 kilogram, saat ini kami cuma mendapatkan 30 kilogram saja. Di samping itu harga karet saat ini anjlok terus, sudah lebih dari 5 tahun kami rasa tidak pernah mengalami peningkatan harga, maunya kami harga per 1 kilogram getah karet itu mencapai Rp15.000, jadi bisa seimbang dengan harga kebutuhan bahan pokok,” katanya.
Hal yang sama juga dirasakan petani lainnya, Nurmashub, yang berharap akan ada yang dapat memperhatikan kesulitan yang dialami para petani karet saat ini, karena menyadap karet menjadi sumber pencarian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup.
“Jika di waktu normal kami bisa untuk melakukan perawatan di kebun, seperti memberikan pupuk di pohon karet, namun untuk sekarang ini hal itu tidak kami lakukan,” katanya.
"Hasil getah karet di minggu kemarin 50 kilogram, jika kemarin kami jual dengan harga Rp8.200, uang yang kami dapat sekitar Rp300.000. Dari uang inilah kami gunakan untuk kebutuhan keluarga dan biaya bensin motor untuk ke kebun. Harapan kami kalo bisa harga karet ini dinaikkan, jadi bisa sesuai dengan harga barang, contohnya harga beras yang semakin mahal sekarang ini. Menurut kami jika harga 1 kilogram getah karet itu Rp20.000, tentu sebanding dengan harga kebutuhan yang sekarang ini. Selain itu, uangnya bisa dibelikan pupuk untuk perawatan di setiap pohon karet yang ada di kebun,” ungkapnya. (bls/wna)